More

    HIVSTERS Membantu Pengidap HIV Tetap Hidup ‘Positif’ dan Melawan Stigma Soal HIV

    AUSTRALIA PLUS
    Sarah Maunder

    Awal tahun ini, Ruan Uys mendirikan HIVSTERS, kelompok yang memberikan dukungan bagi mereka yang mengidap HIV positif.

    Ruan Uys, Julien, Stephen Watkins, Aaron Long-Moody adalah anggota HIVSTERS, yang memulai perjalanan sejauh 180 kilometer dari negara bagian Victoria ke Australia Selatan. Foto: Koleksi HIVSTERS
    Ruan Uys, Julien, Stephen Watkins, Aaron Long-Moody adalah anggota HIVSTERS, yang memulai perjalanan sejauh 180 kilometer dari negara bagian Victoria ke Australia Selatan. Foto: Koleksi HIVSTERS

    Saat Ruan didiagnosis mengidap HIV positif dua tahun lalu, ia pikir itu adalah hukuman mati. “Saya tidak tahu apa-apa dan kurang informasi tentang virus [HIV], pada awalnya saya pikir punya satu atau dua tahun lagi untuk hidup,” katanya.

    - Advertisement -

    Setelah diagnosa tersebut, ia menjadi banyak terlibat di sektor HIV.

    “Saya cari ilmu sendiri, mencari-cari sendiri, dan menyadari jika ketakutan itu benar-benar hal yang konyol,” katanya.

    “Anda bisa hidup lama seperti orang lainnya, jika menjaga diri sendiri dan mendapatkan perawatan.”

    Terinspirasi dari perlunya mengatasi stigma dan mendidik kawasan pedalaman soal virus HIV, Ruan dan anggota HIVSTERS lainnya memulai perjalanan 180 kilometer di kawasan Victoria dan Australia Selatan.

    HIV telah ada di benak warga sejak tahun 1980-an. Meskipun pengobatan terus meningkat dalam beberapa dekade, tetapi stigma itu tetap ada.

    “Stigma di kalangan masyarakat menyebabkan mereka tidak mau dites, menghentikan orang-orang untuk mendapat pengobatan, karena mereka khawatir orang-orang akan melihat mereka minum obat,” kata Ruan.

    “Stigma juga membuat orang tidak mengurus diri mereka sendiri dan mereka mulai keluar dari kelompok sosial mereka.”

    Ada sejumlah perawatan HIV yang bekerja berbeda-beda.

    “Jenis pil pada dasarnya menghentikan virus berlipat ganda, yang memungkinkan tubuh Anda merespon dengan membentuk zat antibodi,” katanya.

    “Ini membawa muatan viral, yang meyalin virus-virus per milimeter darah turun ke tingkat tidak terdeteksi, berarti Anda tidak menular.”

    Menurutnya menyampaikan pesan soal pentingnya obat-obatan dan perawatan perlu menjangkau masyarakat luas.

    “Orang-orang di komunitas LGBTQIA cukup tahu soal ini, karena mereka telah hidup dengan masalah ini selama beberapa waktu,” kata Ruan.

    “Komunitas heteroseksual dan komunitas yang memiliki keberagaman bahasa perlu diedukasi, bukan hanya agar mereka mengambil keputusan yang baik, tapi juga dapat merawat mereka yang hidup dengan HIV lebih baik.”

    Aplikasi baru
    Perjalanan sekitar 180 jam bertepatan dengan konferensi Australasian HIV-AIDS yang diadakan di Adelaide. Di konferensi ini, sebuah aplikasi smartphone baru, ‘My Life Plus’ diluncurkan.

    HIVSTERS telah menggunakan aplikasi menjelang peluncuran resminya pada konferensi, untuk melacak kesehatan mental dan fisik anggotanya.

    “Aplikasi ini menyediakan segala sesuatu yang harus diatur, saat Anda baru didiagnosis,” kata Ruan.

    “Aplikasi ini mengingatkan saya untuk memakan obat saya, saat resep tidak terbaca. Aplikasi ini juga dapat melacak kemajuan soal bagaimana perasaan saya, baik secara fisik dan mental, dan laporannya bisa saya cetak untuk dibawa ke dokter.”

    Perjalanan lintas batas menjadi hal yang menantang bagi anggota HIVSTERS, yang juga harus menangani cuaca yang tidak menentu, lecet dan sakit untuk bisa kembali ke Penola, sebuah kota kecil di negara bagian Australia Selatan.

    “Kami berjalan sekitar 30 sampai 35 kilometer setiap harinya,” kata Ruan.

    “Kami sudah siap, kami dalam pengobatan dan saling menjaga.” []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here