AUSTRALIA PLUS
Norman Hermant
Ed Cheesmann adalah penderita cerebral palsy yaitu penyakit yang terkait gangguan kemampuan bergerak. Dia tidak bisa berbicara dan tidak bisa mengontrol ototnya. Tapi begitu pria berusia 21 tahun ini menyelam di air dengan menggunakan alat bantu yang didesain khusus, dampaknya sangat besar.
“Saya merasa sangat tenang di dalam air,” katanya dalam surat yang dia tulis dengan bantuan ayahnya. Cheesman mengedipkan mata pada papan alfabet ketika ayahnya menunjuk pada masing-masing huruf.
“Saya merasa otot saya sendiri yang menggerakan saya ketimbang otot yang tidak diinginkan, serta rasa nyeri dan kekakuan di persendian dan otot-otot saya juga menghilang,” tulisnya.
Pengobatan ini dikenal dengan nama ‘terapi menyelam’ yang mulai diperkenalkan oleh pendiri ‘Determined2’, Peter Wilson. “Respon pertama yang kami dapatkan adalah, ‘Oh, anda penyelam’. Respon cepat kami pada reaksi semacam ini adalah ‘bukan, kami bukan penyelam’,” kata Wilson.
Pakaian menyelam digunakan, tapi terapi penyelaman ini lebih dari sekadar kegiatan menyelam di kolam.
Kegiatan penyelaman ini dilakukan melalui arahan medis dan digunakan untuk memperbaiki kehidupan penderita kelumpuhan, cerebral palsy, dan autisme.
“Hal-hal seperti pengurangan nyeri, kondisi kesehatan secara umum, kesehatan mental, dan seluruh laporan menunjukan hasil yang luar biasa,” kata Wilson.
Fasilitas yang berada di Adelaide, Australia, ini membantu orang cacat menyelam di air untuk menemukan kebebasan bergerak yang sebelumnya dinyatakan mustahil.
Karena alasan itulah terapi ini menjadi satu dari 23 finalis yang dinominasikan dalam 8 kategori perayaan Penghargaan Nasional Disabilitas atau National Disability Awards, yang digelar di gedung Parlemen di Canberra, Senin malam (07/11/2016).
Inilah satu-satunya kriteria dalam penghargaan itu: para finalis harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki kehidupan warga Australia penyandang disabilitas, keluarga mereka dan juga orang yang merawat mereka.
Kota ramah penderita demensia
Di Kota Kiama, New South Wales, sebuah proyek yang bertujuan memperbaiki kehidupan penderita demensia juga turut dinominasikan dalam penghargaan tersebut.
Proyek ‘The Dementia Friendly Kiama Project’ merupakan kolaborasi Pemerintah Kota Kiama, University of Wollongong, dan organisasi ‘Alzheimer’s Australia’.
“Ini merupakan salah satu upaya pertama di Australia yang mengembangkan komunitas yang benar-benar bersahabat dengan penderita demensia,” kata Professor Richard Fleming, yang memimpin tim dari University of Wollongong.
Kiama adalah kota pesisir di sebelah Selatan Wollongong dengan jumlah penduduk pensiunan yang besar.
Menjadikan kota ini ‘bersahabat bagi penderita demensia’ melibatkan banyak hal. Mulai dari memastikan dewan pekerja mengetahui apa yang dilakukan jika mereka mencurigai seseorang tersesat, hingga mengubah marka di gedung-gedung publik jadi lebih mudah dipahami.
Salah satu contoh: kamar mandi di perpustakaan kota ini dilengkapi dengan tanda berukuran besar dan arah yang jelas di bagian pintu yang menjelaskan juga bagaimana membuka pintu tersebut.
“Marka semacam ini memberi petunjuk dalam bentuk kata-kata sederhana tentang bagaimana supaya aman … Tapi Anda tidak akan terkunci di dalamnya, karena lagi-lagi [tanda di pintu itu akan] memberitahu Anda bagaimana untuk keluar,” kata Graham Fairborn, yang peduli karena istrinya Robin menderita demensia.
Fairborn dan isterinya merupakan bagian dari Dewan Penasehat dari masyarakat penderita demensia dan yang merawatnya.
Mereka memainkan peran besar dalam menentukan bagian dari proyek ini, menurut Nick Guggisberg dari Dewan Pemerintah Kota Kiama.
“Perbedaan utamanya adalah para penderita demensia terlibat dalam proyek ini, yakni mengidentifikasi apa yang menjadi masalah mereka. Apa yang akan memberikan perbedaan besar bagi hidup mereka?” katanya.
Pengobatan MS
Membuat perbedaan dalam kehidupan seorang penderita disabilitas telah menjadi fokus tanpa henti yang dilakukan Kerri Cassidy selama enam tahun terakhir.
Finalis penghargaan National Dissability Awards ini merupakan salah satu yang terkemuka di dunia untuk pengobatan yang dapat meningkatkan hidupnya sebagai penderita multiple sclerosis (MS).
“Ini semuanya tergantung pada kami untuk membuktikan bahwa [penelitian ini] benar-benar bisa membantu kami,” kata Cassidy, merujuk kepada Chronic Cerebro Spinal Veneous Insufficiency atau CCSVI.
(CCSVI atau insufisiensi vena cerebrospinal kronis adalah penyempitan pembuluh darah di leher dan dada yang menyebabkan darah menjauh dari otak dan sumsum tulang belakang sehingga bisa menyebabkan hilangnya deposito oksigen dan zat besi di otak. Sejumlah penelitian mengklain CCSVI mungkin menjadi penyebab MS atau membuat gejala lebih buruk – red).
Ini merupakan pengobatan angioplasti [prosedur membuka pembuluh darah (arteri koroner) yang menyuplai darah menuju jantung], di mana balon kecil dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan ditiupkan untuk membersihkan penyumbatan.
Terapi hal ini memberi dampak besar pada kondisi Cassidy. Dia telah mengalami kedutan otot tanpa sadar dan tingkat mobilitasnya dengan cepat menurun. Gejala-gejala tersebut menghilang setelah ia menjalani pengobatan CCSVI.
“Kami meminta pengobatan angioplasti yakni pemblokiran pembuluh darah utama yang mengalirkan darah ke otak, hanya untuk melihat apakah prosedur semacam ini memang berhasil,” katanya.
Angioplasti bagi pasien MS tidak didanai oleh layanan asuransi kesehatan Pemerintah Australua, Medicare. Cassidy berperan penting dalam meluncurkan percobaan medis untuk membuktikan efektivitas dari perawatan ini ‘.
Dia membantu menggalang dana hingga ratusan ribu dollar, dan ribuan pengikut di seluruh dunia yang menyaksikannya di saluran video YouTube miliknya.
Perangkat exoskeleton bagi penderita cacat tangan
Finalis lainnya juga dikenal karena kegigihanya. Dr Peter Puya Abolfathi memimpin tim yang dinominasikan karena mengembangkan Exoflex, sebuah perangkat terapi tangan berbasis teknologi yang memungkinkan penggunanya memanipulasi tangan yang lumpuh atau cacat sehingga bisa memegang atau melepaskan sebuah objek.
Bagi Dr Abolfathi, menghadirkan Exoflex ke pasaran merupakan proses yang panjang dan berliku.
Sebuah purwarupa dari alat ini telah memenangkan penghargaan sains dan teknologi bergengsi di Australia, Eureka Prize dibidang Inovasi pada 2004.
Setelah melalui periode waktu yang pasang surut dan berliku-liku selama lebih dari satu dekade, Exoflex sekarang sudah dipasarkan sebagai perangkat terapi yang bisa digunakan di rumah.
“Kelihatannya memang sedikit rumit, tapi saya mempelajari penggunaannya. Ternyata amat mudah,” kata Agnes Stevenson. Dia menjadi pasien pertama yang mengujicoba Exoflex di rumah, setelah tendon dan urat syaraf dibagian tangannya cedera pada tahun lalu.
“Alat ini menyenangkan sekali berlatih menggunakan alat ini,” ujarnya.
Exoflex bisa diprogramkan untuk berlari melalui pergerakan yang tanpanya memerlukan rumah dari terapis fisioterapis. Ini merupakan batang besi kecil fleksibel yang disematkan pada material yang membungkus sekitar jari jemari.
Pendukung proyek ini meyakini Exoflex dapat mengisi ruang penting di pasar terapi sejenis ini.
Namun bagi Dr Abolfathi, ini hanya langkah awal. “Ini merupakan strategi kami. Mengkomesilkan alat terapi tangan terlebih dahulu,” kata Dr Abolfathi.
“Namun impian utama saya adalah untuk bisa berada di sana dan membantu orang yang mengalami kelumpuhan tangan … Itu langkah kedua.” tegasnya.[]