More

    Jalan Persahabatan Umat Islam, Kristen, dan Yahudi di Melbourne

    AUSTRALIA PLUS
    Erwin Renaldi

    Mungkin banyak orang bertanya, bisakah seorang Yahudi, Kristen, dan Muslim bersahabat? Perbedaan dari yang diyakini, seringkali menjadi sumber pertikaian. Tetapi jika melihat lebih banyak persamaannya, tentu tak ada alasan untuk saling bermusuhan.

    Dua orang Muslim menyalakan api di sebuah gereja Anglikan di Melbourne. FOTO : ABC/Erwin Renaldi
    Dua orang Muslim menyalakan api di sebuah gereja Anglikan di Melbourne. FOTO : ABC/Erwin Renaldi

    Inilah yang menjadi salah satu tujuan dari jalan bersama yang dilakukan oleh umat Yahudi, Kristen, dan Islam yang tergabung dalam Jewish, Christian, Muslim Association (JCMA) di Australia.

    - Advertisement -

    Jalan bersama ini tidak hanya tertutup bagi mereka yang mengikuti ketiga ajaran yang awalnya diturunkan Nabi Ibrahim tersebut, tapi juga diikuti oleh warga lain dari berbagai kalangan etnis dan kepercayaan.

    Tahun ini merupakan tahun yang kedua diselenggarakannya jalan bersama ini.

    Diperkirakan sekitar 200 orang bergabung dalam ‘aksi turun ke jalan’ untuk mengunjungi gereja, sinagog, dan masjid. Pihak panitia mengaku jumlah ini jauh meningkat, hingga dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Para peserta berkumpul di sebuah gereja Anglikan, St Peter’s Eastern Hill di kawasan Melbourne Timur. Mereka disana diterima oleh pendeta Hugh Kempster yang membacakan doa bersama untuk keselamatan dan perdamaian. Para peserta juga mendapat kesempatan untuk menyalakan lilin kehormatan dan perdamaian.

    Setelah itu mereka berjalan menuju salah satu sinagog tertua di Melbourne, yang letaknya tidak jauh dari masjid. Rabbi Dovid Gutnick menerima para peserta sambil menjelaskan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Nuh.

    Yang menariknya, sinagog menampilkan nyanyian berbahasa Ibrani dengan latunan alat musik, yang banyak dimainkan di Timur Tengah.

    Di akhir acara sejumlah imam, rabbi, dan pastur menari bersama dengan lantunan musik tersebut. Diikuti dengan peserta perempuan yang terpisah.

    Seusai di sinagog, perjalanan dilanjutkan menuju masjid di kawasan Carlton. Di tengah suhu cuaca yang hangat dan teriknya matahari, para peserta tetap bersemangat untuk melanjutkan jalan kaki sejauh 3 kilometer.

    Dalam perjalanan inilah para peserta mendapat kesempatan untuk saling mengenal atau bertanya soal ajaran agama tertentu yang tidak mereka pahami sebelumnya.

    Seusai tiba di masjid, para peserta dipersilakan untuk melepas alas kakinya untuk kemudian duduk di bagian dalam masjid milik komunitas Albania tersebut. Pihak masjid telah menyiapkan aneka minuman dingin dan makanan ringan setelah dinikmati

    Mereka lalu mendengar penjelasan imam Dr Bekim Hasani soal hubungan para nabi-nabi, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, sebagai rasul terakhir.

    Ia juga menjelaskan bahwa penting untuk tidak saling melukai saudara sendiri, sambil mengutip ayat Al Quran.

    Menurut pihak panitia, lewat jalan bersama ini diharapkan warga dapat memahami bahwa keimanan bukanlah sumber kekekerasan atau sesuatu yang harus ditakuti. Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran-ajaran agama justru merangkul dan membangun komunitas yang lebih kuat dan harmoni.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here