AUSTRALIA PLUS
Tom Fedorowytsch
Para ilmuwan di Adelaide (Australia Selatan) mengumumkan adanya kemajuan dalam penelitian vaksin infeksi HIV yang mereka lakukan.
Peneliti bernama Dr Branka Grubor-Bauk mengatakan, tim dari Universitas Adelaide dan Institut Basil Hetzel di Rumah Sakit Queen Elizabeth Adelaide menggunakan pendekatan vaksinasi gabungan dalam penelitian ini.
Ia menjelaskan, virus flu dimasukkan untuk mengenalkan vaksin tersebut pada tubuh, dan vaksin yang berbasis DNA disuntikkan untuk membantu sistem kekebalan tubuh agar bekerja di lokasi-lokasi paling umum dari infeksi HIV, yakni rongga usus dan tubuh.
“Anda harus mendapatkan perlindungan di lokasi di mana tubuh Anda berhadapan dengan virus pertama kali dan Anda perlu menghentikan virus itu dari aktivitas memasuki, atau mereplikasi diri serta menghentikan penyebarannya,” terang Dr Branka.
Tim ilmuwan tersebut mengatakan, pengujian terhadap tikus laboratorium mencapai “pengurangan yang signifikan” dalam infeksi.
“Kami berharap penemuan ini mengarahkan kami ke jalur yang benar. Setelah studi selama empat tahun, kami mampu menciptakan virus flu yang mengenali protein HIV dan kami memvaksinasi tikus serta berhasil menciptakan kekebalan di jaringan mukosa,” ujar Dr Branka.
“Itu merupakan salah satu hal paling sulit yang bisa dilakukan peneliti dalam penelitian vaksin HIV,” kata Dr Branka Grubor-Bauk.
Ia mengatakan, kini, sungguh penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
“Ini adalah gambaran singkat ke arah yang benar dan kami berharap untuk mendapatkan lebih banyak dana untuk membawa penelitian ini lebih lanjut … sebelum kami bisa menerapkan uji klinis fase-1,” sebut Dr Branka.
“Kami juga punya vaksin DNA yang kami suntikkan di lapisan atas kulit, seperti vaksin influenza, dan kami menemukan bahwa dengan pemberian vaksin ini, kami mampu mendapatkan kekebalan sistemik di seluruh tubuh,” terangnya.
Temuan ini telah dimuat dalam jurnal ‘Nature’, Scientific Reports. []