More

    Presiden Trump Larang 7 Negara Muslim, Kecuali yang Memiliki Bisnis

    Jon Sharman – Independent

    Presiden Donald Trump diharapkan menandatangani pelaksanaan order untuk menangguhkan masuknya 7 negara muslim ke US. Di sisi lain, negara-negara yang memiliki kepentingan bisnis dan incaran target bisnis tidak dikenai larangan Donald Trump.

    Donald Trump, Presiden AS mengeluarkan kebijakan melarang 7 negara mayoritas muslim masuk ke AS. FOTO : GETTY IMAGE/INDEPENDENT

    Pemimpin US ini dengan penuh kemarahan, baru-baru ini menyampaikan proposal untuk memblokir Suriah selamanya memasuki US dan melarang semua pengungsi dari negara lain di seluruh dunia untuk tidak memasuki US setidaknya 120 hari ke depan. Imigran dari Syria dan 6 negara dengan mayoritas muslim -Iran, Iraq, Libya, Somalia, Sudan dan Yemen- juga akan ditangguhkan setidaknya 30 hari.

    - Advertisement -

    Trump dan Senator Jeff Sessions yang bertindak sebagai jaksa agungnya mengatakan mereka ingin berfokus untuk melakukan pembatasan pada negara-negara yang memiliki resiko untuk melakukan migrasi.

    “Negara kami telah mengalami banyak masalah tanpa membiarkan para migran datang, dalam banyak kasus atau beberapa kasus, membiarkan pendatang datang sering menyebabkan terjadinya perusakan yang luar biasa,” kata pemimpin baru AS ini seperti yang dilansir dalam ABC news dalam wawancara kepresidenan pertamanya.

    Akibatnya, pemerintahan baru ini berkerja dalam sebuah skema “pemeriksaan ekstrim” untuk negara-negara yang dipercaya Trump belum diperiksa cukup ketat. Iran, Sudan dan Syria ada di semua daftar Departemen Luar Negeri sebagai penyokong terorisme.

    Arab saudi yang berada di kawasan yang sama tidak dikenakan tindakan keras, karena Trump telah terdaftar memiliki sejumlah perusahaan di sana termasuk THC Jeddah Hotel dan DT Jeddah Pelayanan Teknis di kota kerajaan kedua, Jeddah- sedang beberapa diantaranya telah ditutup.

    Alan Garten, pengacara dari Trump Organisasi pada Desember 2016 silam berkata, “Tidak memiliki kesepakatan apapun dengan Saudi Arabia.”

    Pada bulan Januari 2016, beberapa bulan setelah perusahaan tersebut dibangun, Trump berkata pada Foxnews bahwa dia “ingin melindungi Arab Saudi” dari potensi ancaman Iran. Tetapi, dia menambahkan bahwa kerajaan Arab “akan membantu kita secara ekonomi” dan mereferensikan miliaran dollar negara dalam perdagangan minyak.

    Saudi Arabia sebelumnya telah dikaitkan dengan terorisme dan esktrimisme agama serta juga dihubung-hubungkan dengan serangan teror terbesar yang terjadi di US. Dari 19 pembajak dalam serangan 9/11 di gedung WTC New York silam, 15 orang diantaranya berkewarganegaraan Saudi Arabia.

    Komisi Independen Amerika menyelidiki dan tidak menemukan adanya bukti bahwa pemerintahan Saudi atau pejabat senior Arab membiayai teroris. Saudi Arabia sendiri telah dengan keras membantah keterlibatannya dalam serangan tersebut.

    Namun, saluran diplomasi US yang dirilis dalam Whistleblowing di Wikileaks mengungkapkan adanya individu perseorangan di Arab Saudi dan negara teluk lainnya yang menyatakan US menjadi pendonor utama untuk jaringan seperti al-Qaeda, Taliban dan kelompok-kelompok teroris lainnya. Meskipun dengan upaya yang begitu luas untuk membatasi penyaluran dana dari ekstrimis Timur Tengah, dokumen-dokumen menunjukan adanya frustasi mendalam di Washington dengan tingkat kerja sama pemerintah dengan wilayah Timur tengah tersebut.

    “Sebuah tantangan berkelajutan adalah membujuk pemerintah Saudi untuk memberikan tindakan bagi para pendana teroris yang berasal dari Arab Saudi adalah strategi yang harus segara dilaksanakan,” tulis Hillary Clinton yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri US pada tanggal 30 Desember 2009.

    “Dana dari Arab Saudi merupakan sumber yang paling signifikan untuk kelompok teroris Sunni di seluruh dunia,” tambah dari dokumen tersebut.

    Para pejabat Saudi juga baru-baru ini diakui telah membohongi AS pada pendanaan esktrimis, dilansir oleh situs Politico.

    Di Turki, perusahaan Trump telah membayar hingga 10 juta USD sejak tahun 2014 kepada pengembang Luxury Trump Towers Istanbul untuk membubuhkan namanya pada kompleks tersebut. Pemilik bangunan adalah salah satu konglomerat minyak terbesar Turki yang memiliki suara paling berpengaruh dan menjadi rezim dari negara.

    Di Dubai, di Uni Emirat Arab, Trump International Golf Club memiliki 30.000 square foot atau setara dengan 2787 meter persegi rumah yang akan diresmikan pada tahun 2017 ini. []

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. Saat negara negara kecil berani mengkritik Indonesia, itu berarti kita harus berani bangkit dan kembali unjuk gigi dimata dunia, singkirkan perbedaan, dan tunjukkan Indonesia kuat! Jaya!

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here