More

    Mimpi Buruk dari 5 Juta Lebih Anak-Anak di Irak

    JESSLYN COOK – HUFFINGTON POST

    Laporan terbaru UNICET menyatakan kekerasan di Irak mengubah masa kanak-kanak menjadi mimpi buruk yang penuh kebrutalan dan penindasan.

    - Advertisement -

    Ini keempat kalinya Muhammed Mowaffaq mencoba melarikan diri dari Mosul di Iraq dan ketika seorang pejuang mencoba menangkapnya dan meletakkan sebilah pisau ke lehernya untuk mengancam anak berumur 12 tahun ini.

    “Ibuku menangis dan memohon mereka untuk tidak melakukannya,” kenang Mohammed ketika menceritakan kisah tentang kegagalan usahanya untuk melarikan diri dari kota yang dilanda perang itu pada UNICEF.

    Tapi kemudian ibunya berkata padanya, “ Anak seusiamu harus pergi jika tidak akan direkrutmenjadi petarung,” tambah anak yang ayahnya telah terbunuh tiga tahun silam ini.

    “Hidup kami baik-baik saja hingga para pejuang datang entah dari mana dn memulai perang. Sebelumnya kami bisa bersekolah, tapi mereka malah menghancurkannya. Mereka meluluhlantakan segalanya. Orang-orang mati kelaparan.”

    Anak-anak yang tinggal di area konflik seperti di Irak Utara secara teratur menjadi target penyerangan selama perang yang telah berlangsung tiga tahun belakangan ini antara pemerintah dan ISIS. Hal ini dituturkan oleh laporang terbaru UNICEF yang berjudul “Nowhere to Go.” , atau bisa diterjemahkan sebagai “Tak ada tempat yang dapat dituju.”

    Masih berdasarkan laporan tersebut, sejak konflik meletus pada awal tahun 2014, ketika ISIS merebut sebagian besar wilayah Irak, sekitar 1.075 anak-anak terbunuh dan 1.130 orang terluka. Angka tersebut mencakup 152 kematian dan 152 yang terluka sepanjang tahun ini.

    Ribuan anak seperti Mohammed telah terpisah dari keluarga mereka. Tak perlu disebutkan lagi bahwa jutaan anak tidak lagi bisa bersekolah secara reguler. Bangunan sekolah dan rumah sakit sering dijadikan sasaran tembakan atau tempat beradu peluru.

    Dari sekitar 20 juta anak di Irak, lebih dari 5 juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan menurut laporan tersebut.

    “Di seluruh Irak, anak-anak terus menyaksikan kengerian dan kekerasan yang tak terbayangkan,” ungkap Peter Hawkins perwakilan UNICEF di Irak.

    “Mereka telah terbunuh, terluka, diculik dan dipaksa menembak dan membunuh. Ini adalah salah satu perang paling brutal dalam sejarah saat ini.”

    Konflik tersebut telah mengungsikan 3 juta orang, setengah dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Anak-anak laki-laki dan perempuan di kota Mosul, Fallujah dan Ramadi sering “terperangkap dalam siklus kekerasan.”

    Perang ini “mengubah masa kanak-kanak menjadi mimpi buruk karena kebrutalan, berpindah-pindah dan kehilangan,” dan membuat mereka rentan terhadap kemiskinan, eksploitasi dan pelecehan.

    Pihak yang bertikai, termasuk ISIS telah merekrut anak laki-laki di Mosul untuk ikut serta dalam pertempuran. Tentara anak-anak ini berusia antara 3 hingga 16 tahun menurut cerita Reuters.

    Beberapa anak laki-laki bercerita pada UNICEF bahwa mereka tidak dapat bersekolah karena harus menghidupi keluarga mereka. “Saya berharap bisa kembali ke sekolah, tapi keluarga saya tidak memiliki orang lain untuk mendukung mereka,” ucap anak laki-laki bernama Fares yang berusia 12 tahun kepada salah satu agen UNICEF.

    “Saya sangat senang berada di sekolah. Teman-teman saya ada di sana, saya ingin kembali belajar membaca dan menulis.”

    Mohammed dengan dorongan ibunya, akhirnya berhasil melarikan diri dari Mosul bersama dengan sepupunya. Mereka sempat melewati area tembakan sebelum akhirnya sampai di tempat yang aman.

    Beberapa bulan kemudian, ibu Mohammed melarikan diri bersama dengan anak-anaknya yang lain dengan bantuan UNICEF dan organisasi lainnya sehingga akhirnya mereka bisa bersatu kembali. Lokasi mereka saat ini telah diamankan.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here