BANDUNG, KabarKampus – Masyarakat Indonesia bakal bisa menyaksikan fenomena langka Gerhana Bulan pada hari Rabu, (31/01/2018). Peristiwa ini langka, karena merupakan gerhana bulan total yang terjadi sekaligus yakni blood moon, supermoon dan blue moon.
“Secara rata-rata, peristiwa ini hanya terjadi 0,042% dari keseluruhan purnama atau hanya sekali dalam 2380 kali purnama (satu kali dalam 192 tahun),” kata Dr. Premana W. Premadi, Kepala Observarium Bosscha ITB, dalam keterangan persnya, Selasa, (30/01/2018).
Dosen yang akrab disapa Bu Nana ini menjelaskan, jika istilah blood moon berasal dari penampakan bulan yang kemerahan saat puncak gerhana, tidak demikian halnya dengan istilah blue moon. Blue moon tidak mengacu pada penampakan gerhana berwarna biru.
“Namun belakangan ini, istilah blue moon lebih populer digunakan untuk menyebut bulan purnama kedua yang terjadi pada bulan yang sama,” jelasnya.
Sedangkan istilah supermoon adalah penampakan bulan purnama yang sedikit lebih besar (hingga 14%) dan lebih terang (hingga 30%) ketimbang biasanya. Hal ini karena orbit bulan yang berupa elips sehingga jarak bumi-bulan tidak selalu sama.
Dimulai pukul 28.48 WIB
Bu Nana menjelaskan, gerhana bulan akan dimulai pukul 18.48 WIB. Pada waktu tersebut bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi. Bayangan hitam mulai muncul di permukaan bulan sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, dan bulan sabit.
“Pada puncaknya bulan akan terlihat kemerahan yakni pukul 19.52 hingga 21.08 wib,” katanya.
Ia menjelaskan, warna merah tersebut muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, namun warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan. Sehingga bulan pun tampak berwarna kemerahan.
“Sebagian orang jaman dahulu kemudian menyebut gerhana bulan total sebagai blood moon atau bulan merah-darah,” ungkapnya.
Sebenarnya warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-orange, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.
Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi. Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan makin banyaknya kandungan material tersebut.
Selanjutnya, pada pukul 22.11 wib, kata Bu Nana, bulan meninggalkan umbra bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra bumi. Baru pada pukul 23.08 wib, bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang.
Bisa disaksikan di seluruh Indonesia
Umumnya dalam satu tahun, gerhana bulan terjadi dua hingga tiga kali gerhana. Namun di tahun 2018, gerhana bulan terjadi dua kali yakni tanggal 31 Januari dan 28 Juli yang keduanya merupakan gerhana bulan total.
Namun dari kedua gerhana tersebut, hanya gerhana bulan di tanggal 31 Januari 2018 saja yang dapat teramati seluruhnya dari Indonesia. Pada gerhana bulan tanggal 28 Juli 2018, sebagian wilayah Indonesia timur tidak dapat menyaksikan keseluruhan gerhana.[]