LOMBOK, KabarKampus – Gempa berkekuatan 7 SR yang melanda Lombok mengakibatkan kerusakan yang cukup besar. Dari data Kedeputian Rehabilitasi dan Rekontruksi BNPB jumlahnya mencapai lebih dari lima trilyun rupiah.
Angkat ini merupakan angka sementara dengan basis data pada tanggal (09/08/2018). Hingga saat ini BNPB masih terus melakukan perhitungan kerusakan dan kerugian akibat gempa bumi di NTB, namun dipastikan dampak ekonomi lebih dari 5,04 trilyun.
Dari angkat tersebut BNPB merinci, kerusakan dan kerugian dari sektor permukiman mencapai 3,82 trilyun rupiah, infrastruktur 7,5 milyar rupiah, ekonomi produktif 432,7 milyar rupiah, sosial budaya 716,5 milyar rupiah, dan lintas sektor 61,9 milyar rupiah. Kerusakan dan kerugian terbanyak adalah sector permukiman yang kenyataan puluhan ribu rumah penduduk rusak berat, bahkan banyak yang rata dengan tanah.
Secara wilayah, kerusakan dan kerugian akibat gempa di NTB paling banyak adalah di Kabupaten Lombok Utara yang mencapai lebih dari 2,7 trilyun rupiah. Sedangkan di Kabupaten Lombok Barat mencapai lebih dari 1,5 trilyun rupiah, Lombok Timur 417,3 milyar rupiah, Lombok Tengah 174,4 milyar rupiah dan Kota Mataram 242,1 milyar rupiah. Dampak kerusakan dan kerugian ekonomi di Bali masih dilakukan perhitungan.
“Kerusakan dan kerugian ini sangat besar. Apalagi jika nanti data sudah terkumpul semua, maka jumlahnya akan lebih besar,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan persnya, Senin, (13/08/2018)
Menrutnya, perlu trilyunan rupiah untuk melakukan perbaikan kembali dalam rehabilitasi dan rekonstruksi. Perlu waktu untuk memulihan kembali kehidupan masyarakat dan pembangunan ekonomi di wilayah NTB.
Untuk itu, ia menambahkan, pemerintah pusat akan terus mendampingi masyarakat dan Pemda NTB. Pendampingan ini bukan hanya saat tanggap darurat saja. Tetapi saat pascabencana melalui rehabilitasi dan rekonstruksi pun, Pemerintah Pusat akan terus membantu.
“Bahkan sebagian besar bantuan yang disalurkan berasal dari pemerintah pusat. Skala penanganan dampak dampak gempa saat ini sesungguhnya sudah nasional. Artinya kapasitas nasional yang digerakkan untuk penanganan darurat saat ini sudah skala nasional, baik pengerahan personil, anggaran, logistik, peralatan, dan manajerial,” terangnya.
Hingga saat ini BNPB masih terus melakukan pendataan dan perhitungan ekonomi dampak gempa. Selanjutnya saat masa darurat selesai mereka akan masuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. BNPB Bersama kementerian/Lembaga dan NGO akan membangun kembali yang lebih baik daripada sebelumnya dengan prinsip build back better and safer, artinya yang akan kita bangun lagi lebih baik baik dan aman.
“Lombok adalah daerah rawan tinggi gempa, maka pembangunan kembali nanti harus sudah mengantisipasi gempa agar saat terjadi gempa lagi, korban, kerusakan dan kerugian dapat lebih sedikit, serta masyarakat lebih aman,” terang Sutopo.
Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia dari data yang dihimpun BNPB mencapai 436 orang. Jumlah 436 orang meninggal dunia tersebut adalah korban yang sudah terdata oleh Kepala Desa dan Babinsa. Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan roboh saat gempa.[]