More

    Menuju Zona Nyaman Menulis

    Oleh : Agsta Aris Afifudin

    “Jika kalian ingin sakit dan mati, pergilah ke perguruan tinggi. Jika kalian ingin sehat dan hidup, pergilah ke perpustakaan. Jika kalian ingin dikenang dan abadi, pulanglah dan menulislah, ”(@Aksangga).

    Ilustrasi / Jean Jullien

    Terinspirasi dari seorang jurnalis yang mengatakan bahwa seorang jurnalis yang mempunyai jam terbang tinggi identik dengan kegiatan lapangan yang penuh dengan tekanan. Kesiapan mental dan fisik menjadi hal utama yang harus dimiliki seorang jurnalis dalam mengemban tugasnya.

    Namun, dibalik kesulitan dan tantangan yang dihadapi, seorang jurnalis dapat merasakan banyak keuntungan. Mereka memiliki relasi dengan tokoh penting, berwawasan luas, ikut andil dalam mengembangkan wawasan masyarakat hingga dapat berfikir kritis dalam mengambil keputusan.

    - Advertisement -

    Memang di era milenial saat ini informasi yang diberikan jurnalis menjadi kebutuhan bagi banyak orang, tak terkecuali mahasiswa. Apalagi ditambah peran teknologi, informasi yang diberikan jurnalis sangat membantu dalam aktivitas keseharian manusia.

    Meski demikian, aktifitas jurnalistik bukan hanya ranah wartawan saja, melainkan juga bisa dilakukan oleh warga biasa. Termasuk penulis ini, yang merupakan seorang mahasiswa. Seseorang yang ingin terus belajar menjadi jurnalis dan berambisi untuk mengembangkan pikiran lewat tulisan, serta berkontribusi untuk masyarakat.

    Sebenarnya ada faktor-faktor yang mendukung mengapa seseorang harus tertarik dalam dunia tulis menulis. Salah satunya adalah jatuh cinta. Seseorang yang yang menuliskan perasaan cintanya, bahkan perasaan sakit hati, akan merasa lega setelah menuliskannya. Atau seperti saya yang menulis karena resah dengan kondisi sekitar.

    Penulis Membidangi Banyak Profesi

    Pernah ada yang mengatakan, jika seorang dokter hanya mampu menggeluti satu bidang saja, maka penulis bisa membidangi banyak profesi. Ketika seorang penulis cerpen ingin membuat cerita, ia bisa menjadi apa saja. Dia bisa menjadi pemeran utama dalam tulisan, ia bisa menjadi orang ketiga, bahkan bercerita tentang kehidupan seorang dokter.

    Semua tergantung sang penulis, penulis bisa menjadi apa saja. Ia bisa menciptakan dunia baru yang ia suka tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Menulis adalah sebuah kebebasan, dan saya adalah satu dari sekian banyak orang yang ingin bebas, tak terikat (independen). Bebas yang dimaksud disini adalah sebuah kebebasan tanpa mengganggu orang lain. Bebas bukan berarti liar tapi bebas membiarkan diri sendiri berkembang tanpa harus mengganggu privasi orang lain.

    Menulislah, jangan hanya banyak berkomentar di dalam tulisan orang lain. Bicara hanya mampu menghabiskan banyak waktu, tapi menulis, akan abadi, meskipun kita berhenti menuliskannya.

    Namun, saya tak hanya puas menjadi seorang penulis. Bahkan saya pun ingin menjadi seorang jurnalis yang berkompeten. Seorang jurnalis yang benar-benar memegang teguh kebenaran dan menyalurkan lidah masyarakat yang terputus.

    “Cetaklah sebuah karya semasa hidupmu”, apalah arti seseorang hidup jika tidak memiliki karya? Jika masih banyak orang yang pesimis dengan hal kreatif  dalam dirinya, sebagai penulis pun akan menemukan hal itu. Karena menumbuhkan ide kreatif adalah kewajiban seorang penulis, seperti dalam bentuk tulisan di media online, membawa konten yang informatif agar dapat perhatian besar dari masyarakat.

    *Mahasiswa Universitas Peradaban Jurusan Ilmu Komunikasi

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here