More

    UGM Bentuk Tim Untuk Kaji Meninggalnya Petugas KPPS

    UGM bentuk Pokja untuk selidiki penyebab meninggalnya petugas pemilu 2019. Dok. UGM

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Universitas Gadjah Mada (UGM) membentuk Kelompok Kerja (Pokja) untuk mengkaji banyaknya petugas Pemilu 2019 yang meninggal dunia. Pokja ini nantinya melakukan penelitian dan kajian terkait banyaknya petugas pemilu 2019 yang meninggal dunia.

    Tim ini terdiri dari tiga fakultas yakni Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Psikologi dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK). Dari keilmuan tiga fakultas ini nantinya diharapkan dapat diketahui secara menyeluruh faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kejadian tersebut.

    Dr. Abdul Gaffar Karim, dosen Fisipol UGM selaku Koordinator Pokja Kajian Pemilu UGM mengatakan, ada sejumlah dugaan terkait penyebab meninggalnya petugas pemilu 2019. Mulai dari karena disengaja untuk mengacaukan pemilu hingga jatuh sakit karena depresi akibat tudingan kecurangan pemilu.

    - Advertisement -

    “Dugaan awal, penyebab kematian tekanan dari elite politik, tapi kami akan pastikan hasil kajian lapangan lebih dulu,” katanya Abdul Gaffar saat konferensi pers tanggapan UGM terhadap kejadian sakit dan meninggalnya petugas dalam Pemilu 2019 di Digilib Café Fisipol UGM, Jumat, (10/05/2019).

    Terkait dugaan tersebut, kata Gaffar, sebelumnya mereka telah menggelar focus group discussion (FGD) di ruang sidang dekanat Fisipol UGM, pada Rabu (08/05/2019). Dari FGD yang dihadiri perwakilan ketiga fakultas tersebut menduga adanya kecurangan yang turut menjadi faktor banyaknya korban. FGD juga bersepakat untuk mengkategorikan meninggalnya ratusan petugas KPPS di Pemilu 2019 sebagai kejadian luar biasa.

    “Luar biasa karena kita tidak berharap hanya dengan menjadi petugas saja orang akan meninggal. Jadi, ini kejadian yang luar biasa. Akan tetapi bagi kami ini tidak ada indikasi delegitimasi Pemilu,” ungkapnya.

    Dalam FGD tersebut juga muncul dugaan adanya beban kerja berlebih yang dibebankan kepada petugas Pemilu. Pihaknya juga menemukan indikasi suatu persoalan dalam proses perekrutan petugas KPPS.

    “Misalnya tim dokter mengatakan surat keterangan sehat itu sering kali dibuat secara borongan dan tidak didasarkan pada pemeriksaan kesehatan yang memadai,” katanya.

    Sementara itu, Dr. Erwan Agus Purwanto, Dekan FISIPOL UGM, turut prihatin dan berbela sungkawa atas meninggalnya ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam Pemilu serentak 2019. Menurutnya, perlu mencari tahu penyebab utama meninggal dan sakitnya ratusan hingga ribuan petugas KPPS karena menunjukkan angka yang di luar perkiraan.

    Erwan Agus Purwanto menyebut Pokja segera bekerja untuk membahas teknis di lapangan. Pokja akan mengirimkan masing-masing dua orang wakilnya dan akan bekerja sama dengan 10 kampus di Indonesia yang memiliki kajian tentang pemilu, seperti Universitas Lampung, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan Universitas Cendrawasih.

    “Dalam minggu-minggu ini tim ini akan mulai bekerja,” tuturnya.

    Dekan FKKMK, Prof. Ova Emilia, menyatakan belajar dari kejadian banyaknya korban petugas pemilu maka perlu disusun SOP yang lebih rinci terkait dengan pemeriksaan kesehatan para petugas pemilu.

    “Kalau dari sisi kesehatan tentu perlu kita buat SOP dan pelaksanaan yang jelas tentang syarat dan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan itu bukan hanya selembar kertas tetapi harus betul-betul kita cek baik kesehatan fisik maupun mental. Sebab, orang sakit itu ada direct dan indirect,” terangnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here