More

    Kuliah Pariwisata Harus Menyenangkan

    Di sebuah lobby sebuah kampus di Jalan Ir. Sutami Kota Bandung, seorang laki-laki menyambut kabarkampus dengan senyum lebar. Ia kemudian mengajak untuk ngobrol santai di sebuah meja bar di ruangan tersebut.

    Laki-laki tersebut adalah Dr. Bambang Hermanto, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Yayasan Pariwisata Indonesia (STIEPAR YAPARI), Bandung. Sejak tahun 2016, Bambang mendapat amanah menahkodai Perguruan Tinggi Pariwisata yang telah berdiri sejak tahun 1962 tersebut.

    STIEPAR YAPARI merupakan Perguruan Tinggi Pariwisata tertua di Indonesia. Jumlah alumninya kini telah lebih dari 10 ribu orang dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

    - Advertisement -

    Pria yang akrab disapa Bambang ini bercerita, reputasi STIEPAR sudah sangat terkenal. Mahasiswanya dahulu berasal dari Aceh hingga Papua. Bahkan paling sedikit mahasiswa Papua di kampus STIEPAR paling sedikit ada sebanyak 30 orang setiap tahunnya.

    “STIEPAR kiprahnya sudah sangat lama. Reputasinya sudah sangat terkenal. Satiap angkatan jumlahnya bisa ribuan. Dulu juga kami punya tradisi mahasiswa Timor-Timor. Kini alumninya sudah sangat banyak dan dan tersebar di mana-mana,” ungkap Bambang yang telah mengajar di kampus STIEPAR sejak tahun 88 ini.

    Namun beda dahulu, beda sekarang, dunia pariwisata berkembang begitu cepat. Perguruan tinggi pariwisata juga tumbuh di setiap kabupaten dan provinsi.

    Sebagai ketua STIEPAR, pria yang menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 di Universitas Padjajaran ini memiliki tanggung jawab untuk untuk memelihara reputasi tersebut. Tak hanya membuat kondisi fisik kampus lebih asyik, ia juga menghadirkan para dosen yang lebih kekinian.

    Bambang mengatakan, mahasiswa sekarang berbeda dengan mahasiswa dahulu. Sekarang mahasiswa kalau bisa kampusnya seperti mall.

    Ia pun mulai mengubah kampus sedikit demi sedikit menjadikan lobby kampus STIEPAR menjadi tempat yang asyik buat mahasiswa berkegiatan. Tidak hanya memoles lobby kampus seperti lobby hotel, namun juga menambah banyak colokan dan membuat internetnya lebih kencang.

    Tapi bagi bagi Bambang, yang paling penting dari sebuah Perguruan Tinggi bukanlah soal fisik, namun juga sumber daya manusianya. Dosen di kampus STIEPAR mereka bina agar dapat menjadi partner belajar bagi mahasiswa.

    “Kalau mahasiswa merasa dosennya bisa dicari di youtube saja, ya cilaka,” ungkap pria kelahiran Bandung 1961 ini.

    Sekarang lanjut Bambang, mereka juga mendorong para dosen untuk mengikuti berbagai pelatihan. Salah satunya, mereka memiliki agenda reboan, yani setiap sebulan sekali mendatangkan orang untuk “ngecas” para dosen, sharing bagaimana mengajar mahasiswa jaman sekarang.

    Upaya itu, kata Bambang, agar mahasiswa STIEPAR tidak merasakan kuliah ala “dikte” seperti yang mereka dapatkan dahulu ketika kuliah. Oleh karena itu, ia sendiri bila mengajar, tidak mengandalkan perkuliahan di kelas.

    “Saya kadang bawa mahasiswa ke bibir sungai Cikapundung,” kata Bambang yang juga masih mengajar sebagai dosen Administrasi di Kampus Unpad ini.

    Dorong Kuliah Menyenangkan

    Berwisata selalu identik dengan bersenang-senang. Namun kadang kala, kuliah pariwisata justru tak menyenangkan, cenderung teoritis dan membosankan. Padahal, kuliah pariwisata, adalah sesuatu yang membuat orang lain senang.

    Bambang ingin menghapus model kuliah seperti itu. Ia ingin kuliah pariwisata menjadi kuliah yang menyenangkan.

    “Bayangkan kami belajar sesuatu yang membuat orang lain bersenang-senang, tapi belajarnya ngga menyenangkan, kan celaka,” terang Bambang.

    Baginya, materi boleh berat, namun harus dibuat menjadi menyenangkan. Mulai dari cara membawakannya, menerjemahkan materinya, dan buku-bukunya.

    Termasuk juga dalam hal pakaian. Menurut, Bambang, pakaian di sekolah pariwisata masih agak kaku. Mereka masih menggunakan jas, dasi dan pakaian yang klimis lainnya. Padahal, dalam dunia industrinya, pekerja pariwisata sudah mulai menggunakan warna ngejreng, celana pendek, topi dan kaos.

    “Mulai sekarnag  saya mulai sedikit demi sedikit membebaskan mahasiswa. Mereka boleh pake batik atau pake baju bebas. Kalau pun ada seragam, saya pingin sehari saja cukup,” terang Bambang yang juga pernah menjabat sebagai kepala UPT Humas Unpad ini.

    Terkait dengan buku, STIEPAR pun sedang mempersiapkan perpustakaan. Namun bukan perpustakaan yang seperti gudang buku, melainkan perpustakaan menjadi semacam learning space dan coworking space.

    “Jadi memang yang konvensional saya siapkan, seperti buku dan sebagainya. Tapi di sana saya banjiri dengan banwitch, mungkin nanti ada musik, karena yang dipersiapkan adalah perpustakaan digital. Bukan gudang buku yang bikin pengap,” ungkap Bambang.

    Ia berharap fasilitas tersebut bisa membuat mahasiswa nyaman. Sesuatu yang berat,menjadi lebih ringan.

    Masa Depan Mahasiswa Pariwisata

    Kebutuhan Sumber Daya Manusia pariwisata di Indonesia sangat besar. Namun lulusan perguruan tinggi pariwisata masih sangat sedikit. Hal itu terlihat dari lebih banyaknya pekerja pariwisata hanya lulusan SMK. Sementara jabatan-jabatan tinggi di dunia pariwisata banyak diisi oleh orang asing.

    Bambang berharap ke depan minat anak-anak dari kelas menengah Indonesia mulai melirik peluang karir di dunia pariwisata. Minat belajar pariwisata meningkat.

    “Dunia pariwisata adalah sebagai pelunga karir yang luar biasa. Pekerja parisiwata juga profesi Padahal semua profesi terhormat,” tutup Bambang.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here