More

    Erotic Capital: Properti Individual yang Perlu Digali Setiap Orang

    Oleh: Emania Cheisitha Purba*

    Christine Lagarde, salah satu wanita terkuatdi dunia berdasarkan Forbes (2019), memiliki pembawaan diri yang sangat baik, penampilan yang menawan walaupun berusia tidak muda, dan intelegensi jauh di atas rata-rata. Tidak hanya sering menduduki posisi penting dalam pekerjaannya (Head of European Central Bank in 2019), namun juga dijuluki salah satu most stylist powerful woman berdasarkan Vanity Fair (2014). Catherine Hakim mengatakan bahwa Christine Lagarde merupakan salah satu contoh nyata publik figur yang memiliki erotic capital. Lalu, apakah sebenarnya erotic capital itu?

    - Advertisement -

    Catherine Hakim dalam bukunya “Honey Money: The Power of Erotic Capital” menjelaskan kapital tersebut adalah daya tarik fisik dan sosial dari suatu individu terhadap lingkungannya, yang berarti seseorang tidak cukup bisa mempunyai erotic capital jika hanya memiliki fisik yang rupawan tanpa diiringi oleh kemampuan sosial. Hal itu dikarenakan modal erotis tidak hanya terdiri mengenai daya tarik fisik dan kebugaran, namun kemampuan menunjukkan diri di ranah publik dan bersosial dengan lingkungan sekitar.

    Sebagian peneliti di bidang sosiologi dan psiokologi mengatakan memiliki daya tarik erotis memberikan banyak manfaat dalam ranah profesional dan interpersonal, hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian mengenai ini. Arlie Hochschild menjelaskan bahwa kecerdasan sosial sosial sangatlah penting untuk menjadi percaya diri dan juga mempengaruhi opini masyarakat sekitar. Meskipun kecerdasan sosial antar zaman dan negara memiliki perbedaan dan berubah setiap waktu, namun terdapat suatu kesamaan yakni orang yang memiliki good-manner dan percaya diri lebih atraktif dibandingkan individu yang awkward dan tidak sopan. Dalam ranah penampilan, bukanlah suatu rahasia lagi bahwa mayoritas masyarakat memperlakukan orang yang baru dikenal berdasarkan penampilannya. Orang yang memiliki tampilan yang baik dan menarik cenderung mendapatkan respon yang lebih positif dibandingkan yang berpenampilan tidak menarik. Oleh karena itu sering kali kita mendengar pepatah “kesan pertama adalah kesan terakhir” dan itu tidaklah salah.

    Beberapa masyarakat berpendapat jika aset ini bersifat bawaan secara lahir karena tidak semua orang memiliki fisik yang sesuai dengan standar kecantikan sosial dan terdapat juga sebagian individu-individu secara genetik memiliki karakter yang bertentangan dengan erotic capital. Walapun harus diakui ada yang terlahir secara alami dengan kelebihan-kelebihan tersebut, tetapi pada dasarnya kecerdasan dan penampilan adalah dua aset yang bisa dibentuk. Tersenyum, cerdas, tubuh sehat dan bugar, keterampilan sosial adalah kemampuan yang bisa dibentuk dan dikembangkan siapa saja. Jika adanya kemauan dalam mengorbankan waktu dan tenaga untuk membentuk aset ini, semua pasti akan teraih pada waktunya yang tepat.

    Salah satu contoh sederhana dari erotic capital yang bisa dibentuk oleh semua orang ialah tersenyum dengan baik. Arlie Hochschild dalam bukunya “The Presentation of Emotion” menjelaskan senyuman merupakan bahasa universal yang bermakna keterbukaan, penerimaan, dan keramahan, sehingga membuat lawan bicara lebih tertarik untuk bersosialisasi secara lanjut. Tingkat pentingnya “senyuman” dalam ranah profesional berbeda tergantung arenanya, tetapi sering sekali digunakan pada arena bisnis berbasis servis (seperti pramugari pada pesawat). Tidak ada biaya yang perlu dikeluarkan untuk tersenyum dan cara ini efektif.

    Namun, apakah penampilan menarik selalu membawakan berkah? Menariknya, pada arena pekerjaan manajemen dan industrial, pria justru memiliki keuntungan yang lebih tinggi dalam masalah ini dibandingkan wanita, walaupun jumlah perempuan yang memiliki good appearance lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini sering disebut oleh sociologist sebagai hidden sex discrimination. Catherine Hakim melakukan penelitian pada industri pekerjaan tersebut di negara Anglo-Saxon, hasilnya didapatkan bahwa pria tampan maskulin dan wanita tidak menarik dianggap memiliki kapabiltas bekerja lebih baik dibandingkan pria yang tidak menarik dan wanita feminim yang cantik. Psychologist menjelaskan karena adanya stereotip antara maskulinitas dan keperempuanan. Pria tampan dan wanita tidak menarik dianggap memiliki nilai maskulin, yakni lebih termotivasi, tidak emosional, dan lebih tegas, oleh karena itu dianggap memiliki atribut yang lebih bermanfaat untuk pekerjan industrial. Sedangkan wanita cantik feminim sering dinilai orang yang lemah lembut, hanya berfokus sama penampilan dan rumah tangga, membuat mereka dianggap tidak kompeten. Akibatnya, pola pikir alam bawah sadar ini memberikan diskriminasi secara tidak sadar kepada orang dengan daya tarik feminim.

    Jadi, apakah sebenarnya erotic capital itu perlu dimiliki oleh setiap individu? Penulis secara pribadi berpendapat bahwa aset ini perlu dimiliki, namun tingkat urgensinya berbeda tergantung pada arena individu tersebut berada. Jika melihat pada arena pekerjaan hiburan, visual appearance tentu menjadi tolak ukur utama, akan berbeda bila individu bekerja pada ranah yang banyak memanfaatkan otak dibandingkan penampilan. Namun, jika anda bisa menjadi menarik dan cerdas secara sekaligus, mengapa harus memiliki salah satu saja?

    *Penulis adalah Lulusan S1 Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jawa Timur

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here