SURABAYA, KabarKampus – Universitas Airlangga (Unair) mengirimkan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga bersama tim AJU I untuk membantu penanganan dampak gempa. RSTKA ini berangkat dari Surabaya dini hari Minggu, (17/01/2021) menuju Makassar.
Sebelumnya bencana gempa berkekuatan M 5,9 mengguncang daerah Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, pada 14-15 Januari 2021. Bencana ini mengakibatkan puluhan orang meninggal dan ratusan mengalami luka-luka.
Dr. Suwaspodo Henry Wibowo, Sp.And., MARS, Sekretaris Yayasan Ksatria Medica Airlangg mengatakan, mereka mengikirikan Tim AJU I yang langsung dikomando oleh dr. Agus Hariyanto, SpB., Direktur RSTKA. Tim AJU I yang dikirimkan terdiri dari 2 apoteker, 2 dokter bedah, 2 dokter anestesi, 4 dokter umum, 4 perawat umum, 2 perawat anastesi, dan 2 perawat bedah operasi.
Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur dan IDI Surabaya. Mereka diminta hadir menggantikan fungsi rumah sakit di lokasi bencana yang sudah tidak bisa beroperasi.
“Melihat situasinya yang darurat, Tim harus segera ke sana. Kita berkoordinasi dengan Tim Bencana Kemenkes. Kapal kita diminta hadir di sana. Rumah sakit di sana banyak yang tidak beroperasi,” ungkap dr. Henry seperti yang dilansir dari laman Unair.
Pada tahap awal ini, TIM AJU I bakal melakukan survei di lokasi bencana dan mengumpulkan kebutuhan yang diperlukan. Selanjutnya, mereka berkoordinasi dengan Rumah Sakit Dr. Soetomo dan Rumah Sakit UNAIR.
“Tim AJU I akan mensurvei kondisi lapangan, informasi tempat berlabuh kapal, dan kebutuhan apa saja yang diperlukan di sana,” katanya.
Sebagai persiapan menuju lokasi bencana, Tim AJU 1 telah mempersiapkan kebutuhan medis, logistik, dan bantuan lain selama dua minggu. Di tengah pandemi COVID-19, tim bekerja sama dengan rumah sakit lapangan untuk memeriksa perawat terlebih dahulu.
Kemudian, tim membawa peralatan safety lebih dari seribu pemeriksaan SWAB antigen, Alat Pelindung Diri (APD) Hazmat, peralatan laboratorium, masker N95, dan handsanitizer. Termasuk membawa lima tenda besar ukuran 4 x 8 meter yang dikhususkan untuk memisahkan pasien yang aman dan sebagai tempat istirahat tim. Selain itu, tim membawa bantuan logistik makanan, pakaian, dan buku untuk anak-anak di sana.
dr Hendri mengatakan, dalam melaksanakan bantuan kesehatan tersebut, mereka mengharapkan dukungan semua pihak, baik fakultas di Unair maupun mahasiswa. Mereka membutuhkan mahasiswa, terutama perikanan dan kesehatan masyarakat sebagai trauma healingnya masyarakat pesisir.
“Saat ini situasinya untuk kapal dan tim kami berangkat berlayar serta pandemi masih berat. Kami akan tetap berusaha untuk sampai di sana dengan aman. Kami minta dukungan, doa, dan partisipasi dalam bentuk apapun untuk saudara kita di sana, terima kasih,” pungkas dr. Henry.[]