More

    Tak Pandang Bulu, Negara-negara Anggota G20 Ini Ternyata Rentan Pangan

    Oleh: Ramdhan Lamato*

    Gambar: balidiscovery.com

    BANDUNG, kabarkampus.com– Isu kerentanan pangan tak pandang bulu. Sebab, negara mana saja, baik yang berpendapatan tinggi maupun rendah, tapi kalau khilaf mendiverisifikasi pangan, dan bahkan abai terhadap petani, pasti akan rentan. 

    Sekalipun G20 dikenal sebagai forum negara berpendapatan subur, forum bergengsi dunia itu bukan berarti kebal dari terpaan isu rentan pangan. Keanggotaan G20 tidak serta merta menunjukkan negara-negara itu aman dari masalah ketahanan pangan global. 

    - Advertisement -

    Sebab, faktanya merujuk Economist Intelligence Unit (EIU) and the Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN),justru menunjukkan sebaliknya. Masalah pangan diperkirakan masih akan menghantui kesejahteraan negara-negara anggota G20. 

    Justru yang tak kalah mengagetkan lagi, semuanya berasal dari kawasan Asia. Negara-negara itu meliputi Arab Saudi, India, Indonesia, Korea Selatan, Tiongkok, dan Turki. Hanya Jepang satu-satunya, menurut indek ini, negara anggota G20 asal Asia yang dinilai aman dari isu rentan pangan. Pasalnya, Jepang dinilai memiliki performa baik dalam Indeks Ketahanan Pangan.

    Sementara itu, keenam negara lainnya, seperti dijelaskan pada indeks, belum cukup aman dalam keseluruhan kategori yang ditetapkan indeks ini. Tiga kategori ini, yaknilimbah makanan, pertanian berkelanjutan, dan masalah gizi mengganjal performa ketahanan pangan negara-negara Asia itu.

    Selama ini, penanganan limbah secara nasional diketahui masih buruk. Belum lagi, sistem pertanian yang berlaku di negara masing-masing yang masih belum berorientasi pada model pertanian berkelanjutan. Itu sedikit di antara yang dihadapi umumnya negara-negara Asia. Alhasil, tak mengherankan mereka dicap rentan pangan.

    Masih menurut indeks itu, di antara negara G20 Arab Saudi merupakan negara penghasil limbah makanan terbesar. Pangkalnya, tercatat hingga tahun 2021 setiap orang menyisakan limbah makanan yang tidak main-main jumlahnya lantaran bisa mencapai hingga 151 kilogram. Padahal dalam aspek lingkungan global, limbah makanan sendiri menyumbang emisi gas rumah kaca global hingga sekitar 8–10% dari total emisi gas rumah kaca per tahun. 

    Berkelindan itu, dalam perhelatan akbar organisasi intergovernmentalG20 pada kuartal terakhir tahun 2022, Indonesia perlu mengambil peran sentral. Indonesia harus mampu mendorong kesepakatan yang merumuskan solusi untuk problematika ketahanan pangan negara anggota G20 ini. 

    Selain itu, di sisi lain negara-negara anggota G20 juga sebagai perwakilan dari aktor-aktor ekonomi regional perlu menunjukkan komitmennya untuk mengupayakan penyelesaian isu ketahana pangan ini. Komitmen itu bentuk tanggung jawab mereka dalam menuju tahun ditetapkannya tenggat ketercapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

    *Penulis adalah Akademisi FISIP Universitas Sriwijaya, peserta kelas menulis KabarKampus asuhan Desmond S. Andrian, S.S., M.Si.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here