More

    Efektivitas Strategi Indo Pacific Amerika Serikat terhadap China

    Efektivitas Strategi Indo-Pasifik

    Mazaar (Understanding Deterrence, 2018) menyatakan bahwa sukses atau gagalnya sebuah strategi penangkalan di dasarkan pada tiga hal yaitu motivasi penggagas kebijakan, jelasnya sasaran yang dituju, serta kapabilitas negara penangkal. Dalam strategi indo-pasifik dapat dilihat bahwa Washington memiliki tujuan yang sangat jelas dalam upayanya meredam ambisi China untuk menjadi negara besar di kawasan asia. Melalui laporan mengenai perkembangan strategi Indo-pasifik setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, sebagai contoh pada tahun 2019 mengenai preparedness, partnership dan promotingdiinformasikan mengenai bagaimana persiapan yang diinginkan oleh Amerika Serikat melalui konsep Free and Open Indo Pacific (FOIP), dengan siapa Amerika Serikat bekerjasama serta bagaimana menyuarakannya. Melalui pendekatan geopolitik yang dilakukan, Jepang, Australia dan India menyatakan ketertarikannya untuk bergabung dalam mewujudkan konsep kawasan yang terbuka dan bebas melalui perwujudan the Quadrilateral Security Dialogue dan terbentuknya AUKUS dengan Inggris walau Australia harus mengorbankan perasaan Perancis yang telah terlebih dahulu menyepkati kontrak transfer teknologi nuklir kapal selam.

    Washington menilai bahwa kebijakan luar negeri China telah membuat pergeseran dalam norma hubungan internasional dan hukum internasional dengan melakukan klain bahwa Laut China Selatan adalah milik Chian sepenuhnya serta strategi investasi dan kerjasama pembangunan internasional yang dilakukan merupakan jebakan terhadap negara lemah yang dapat dimanfaatkan demi kepentingan strategis China. Namun demikian dalam proses pengejawantahannya, strategi ini tidak mendapatkan pandangan yang sama seperti yang disampaikan oleh Indonesia melalui forum ASEAN, Indonesia dan negara-negara ASEAN memandang konsep indo-pasifik dalam konteks pelibatan negara-negara asia tenggara wajib membawa sentralitas ASEAN sebagai organisasi kawasan yang berkepentingan dan dekat dengan objek yang menjadi target penangkalan yaitu China.

    - Advertisement -

    Sementara dalam hal jelasnya sasaran yang menjadi tujuan, strategi Indo-pasifik dengan jelas menyebutkan China sebagai ancaman. Melalui Quadrilateral Leaders’ Summit (QLS) yang diselenggarakan setiap tahun yang membahas kemajuan-kemajuan kerjasama keamanan dan perkembangan sistem pertahanan serta Pakta Keamanan AUKUS, secara jelas menyasar kepada manuver militer China di perairan internasional baik di Samudera Hindia hingga perairan Afrika dan kerjasama keamanan China dengan negara-negara di pasifik seperti di kepulauan Solomon dan Djibouti di Afrika.

    China tentu saja menangkap dengan jelas ‘pesan’ yang disampaikan oleh Amerika Serikat dan mitranya dalam strategi Indo-Pasifik, namun sepertinya reaksi China cukup mengejutkan bagi masyarakat Internasional. Upaya penciptaan balancing of power yang dilakukan oleh Washington justru ditanggapi dengan lantang dan justru memberikan efek menentang dan tidak mengindahkan tindakan dan peringatan yang disampaikan oleh Amerika Serikat dan mitra-mitranya di Indo-Pasifik. China justru memberikan pesan balik dengan menyatakan tidak perlunya Amerika Serikat mengulang sejarah Perang Dingin, yang justru membuat dunia terkotak-kotakkan dan mengarah kepada munculnya rasa curiga serta berakibat kepada munculnya konflik secara fisik. Hal ini ditunjukkan oleh China dengan meningkatkan kehadiran militernya di Laut China Selatan dan gencar melakukan pendekatan dalam payung kebijakan luar negeri Belt Road Initiative-nya. China sadar akan kapabilitas yang dimiliki oleh Amerika Serikat beserta dengan mitranya pada Quad dan AUKUS, sebagaiman yang disampaikan oleh Mazarr bahwa efektivitas sebuah strategi penangkalan adalah tersampaikannya pesan kepada negara yang dianggap sebagai aggressor bahwa negara penangkal dapat bertindak jauh dengan kapabilitas yang dimilikinya.

    Namun dalam hal ini China, tampak tidak bergeming dan semakin gigih menunjukkan posisinya. Pada kunjungan-kunjungan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat tinggi Amerika Serikat kepada Taiwan misalnya, China justru menunjukan sikap agresif dengan menerbangkan formasi pesawat tempur yang melintasi zona terbang Taiwan, bahkan kapal-kapal perang China tidak segan untuk berhadapan langsung dalam upaya kapal-kapal Komando Pasifik Amerika Serikat melakukan percobaan-percobaan masuk dan melintasi di Laut China Selatan. Dalam hal ini dapat disimpulkan mengenai kemampuan China untuk mewujudkan sebuah ancaman balik terhadap eksistensi Amerika Serikat di kawasan, dan sepertinya baik China dan Amerika Serikat tidak akan mundur dari wilayah konflik ini.

    Tingkat ketegangan yang terjadi di kawasan indo-pasifik membawa kepada pandangan kompleksitas hubungan dan ketegangan yang terjadi diantara negara-negara great power. Masuknya Inggris dalam pakta AUKUS dan Rusia terhadap China menambah adanya ketertarikan yang cukup besar terhadap situasi yang terjadi. Tidak ketinggalan pula negara-negara anggota ASEAN yang politik luar negerinya cukup terbagi antara keberpihakan terhadap indo- Pasifik atau China, walaupun negara-negara Asia Tenggara menerima gagasan Beijing mengenai Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan sebaliknya Sebagian juga turut menjadi anggota pada perdagangan lintas kawasan pasifik (Trans Partnership Pacific/TPP) di mana Amerika Serikat tidak menjadi bagian dari RCEP dan sebaliknya China tidak menjadi bagian dari TPP. Namun justru negara-negara yang menjadi bagian aktif Strategi Indo-Pasifik memiliki ketertarikan untuk bergabung dengan RCEP seperti Jepang, Australia dan India. Hal ini menujukkan bahwa upaya-upaya menjaga hubungan terhadap China tetap dijalankan.

    Pada akhirnya, hal ini membawa kepada suatu pandangan bahwa strategi indo-pasifik yang dijalankan oleh Amerika Serikat sejatinya tidak membawa efek mengancam secara sistematis. Dalam konteks ancaman secara militer terhadap China justru membuat China semakin memperkuat lapis pertahananyan dan menolak upaya pendekatan diplomasi memaksa yang dilakukan Amerika Serikat serta mitra dialognya.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. Indo-Pasifik, suatu terminologi baru yang diciptakan oleh Amerika beserta negara aliansinya, untuk mengganti istilah kawasan Asia Pasific, yang kini menjadi salah satu kawasan ekonomi paling penting di dunia.

      Tata Kelola Indo-Pasifik yang dimotori oleh Quad, yaitu ; Amerika, india, Jepang dan Australia berupaya untuk membangun kawasan ekonomi, politik dan keamanan Indo-Pasifik dengan caya mendapatkan dukungan dari negara-negara sekitar, termasuk di kawasan ASEAN.

      Indo-Pasifik diharapkan dapat menghambat laju Belt Road Initiative (BRI) yang didorong oleh China, untuk kawasan Asia Pasific sampai Asia Selatan dan Timur Tengah.

      Tampaknya inisiatif Indo-Pasifik yang berhadapan langsung dengan Belt Road Initiative akan menjadi perang dingin baru di kawasan Asia Pasifik, baik secara ekonomi, politik maupun keamanan.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here