More

    Kampanye #DihantuiTai untuk Menyehatkan Indonesia

    Oleh: Liddya Ika Kristianty Zalukhu*

    Ilustrasi: 70% air rumah tangga Indonesia tercemar tinja, UNICEF bikin kampanye #DihantuiTai. (sumber: Vice Indonesia)

    Menurut studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan pada tahun 2020, ditemukan bahwa hampir 70 persen dari 20 ribu sumber air minum rumah tangga di Indonesia yang telah diuji, tercemar limbah tinja. Salah satu lembaga PBB yang berfokus pada keberlangsungan hidup dan kesehatan anak, yaitu United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), turut menyatakan bahwa faktanya, setiap tahun jumlah anak Indonesia yang meninggal akibat diare mencapai 150 ribu jiwa. Melihat banyaknya jumlah anak Indonesia yang meninggal akibat diare setiap tahun, UNICEF akhirnya membentuk sebuah program kampanye bernama #DihantuiTai. Program ini diadakan guna mengatasi atau mengurangi tingkat kematian anak Indonesia, melalui pemberian pemahaman mengenai sanitasi dan dampak pencemaran sumber air terhadap kesehatan masyarakat. #DihantuiTai sendiri terinspirasi dari film dan acara televisi tentang superhero yang populer di kalangan masyarakat Indonesia, seperti DC dan Marvel, yang kemudian dimodifikasi sesuai tujuan kampanye. Dalam video singkat tentang pengenalan kampanye ini, terdapat tim ‘pemberantas tinja’ yang bertujuan untuk menyelamatkan wilayah-wilayah yang dihantui oleh tinja. 

    Upaya kampanye UNICEF tersebut seiring dengan poin Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 6, mengenai pengelolaan air bersih dan sanitasi layak. Tujuan SDGs ini adalah untuk memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi, serta mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi. SDGs sendiri merupakan sebuah rencana aksi global yang disepakati oleh pemimpin-pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan secara berkesinambungan. 

    - Advertisement -

    Kampanye yang dimulai sejak Februari 2022 lalu dengan poster bergambar monsternya yang khas tersebut, dinilai cukup berhasil untuk menarik atensi masyarakat. Bahkan #DihantuiTai sempat menjadi trending topic di sosial media.Tentu saja dalam penerapannya kampanye ini mengalami berbagai tantangan. Salah satu tantangan dalam meningkatkan akses ke sanitasi yang aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan septic tankyang tidak memadai, frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah, serta banyaknya keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa septic tankperlu dibersihkan secara berkala. Namun sebenarnya, tantangan yang terbesar bukanlah kesadaran masyarakat, melainkan ‘kemampuan masyarakat’ untuk membangun instalasi sanitasi yang baik, bersih, dan sehat. Seperti yang diketahui, kemiskinan merupakan akar dari sanitasi yang buruk, dimana kemampuan ekonomi terbataslah yang menyebabkan masyarakat tidak mampu sama sekali membeli atau membangun fasilitas sanitasi. Dengan ekonomi yang buruk, dibanding memperbaiki sanitasi, masyarakat lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, misal kebutuhan pangan. Sehingga, kondisi ini menjadi pekerjaan besar bagi UNICEF dan Pemerintah Indonesia, karena sebelum berusaha merealisasikan sanitasi bersih, mereka haruslah menyadari keterbatasan ekonomi dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Bukankah kalau memiliki uang yang cukup setiap manusia akan memilih untuk membuat yang terbaik bagi dirinya?

    Ilustrasi: Anak Indonesia #DihantuiTai dan setiap tahunnya 150.000 anak meninggal dunia. Ayo lawan tai bersama UNICEF dan Pemburu Tai!. (Sumber: cekidot.org)

    Kondisi sanitasi yang buruk menyebabkan penyebaran penyakit diare semakin meningkat, bahkan diare menyebabkan lebih dari 2.000 anak meninggal setiap harinya. Selain itu, sanitasi yang buruk juga dapat menyebabkan penyakit muntaber dan penyebaran kolera. Bahkan dilansir dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2017 Indonesia menempati peringkat ketiga negara yang memiliki sanitasi buruk atau tidak layak. Dalam siaran pers, kampanye #DihantuiTai ini ditujukan untuk menyebarkan informasi terkait pentingnya menjaga dan mengelola sanitasi dengan baik, sehingga dapat meminimalisir bahaya tinja yang tidak dikelola dengan baik, khususnya terhadap anak-anak. Menurut UNICEF, saat ini Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan mutu sanitasi dasar. Namun sayangnya, hanya kurang dari delapan persen rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan septic tank yang tertutup dan rutin membersihkan tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia masih hidup dalam jeratan kemiskinan, oleh sebab itu, menyehatkan Indonesia artinya juga harus mengurangi ketimpangan ekonomi dan menyejahterakan sebagian besar masyarakat Indonesia.

    UNICEF bersama Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya menjaga dan mengelola sanitasi yang baik dan aman. Pemerintah Indonesia bahkan sedang menyusun peta jalan percepatan akses ke sanitasi yang dikelola secara aman dengan dukungan dari UNICEF dan beberapa mitra lain. Guna memantau gerakan ini secara lebih mendalam, UNICEF juga membuat situs bernama www.cekidot.org sebagai bagian dari kampanye #DihantuiTai. Situs tersebut digunakan sebagai pusat informasi yang dapat membantu masyarakat menjaga kebersihan air dan lingkungan melalui inisiatif Cek dan Sedot (CEKIDOT). Visi CEKIDOT adalah memastikan jamban di rumah-rumah tangga dilengkapi dengan septic tank yang memenuhi standar, melakukan penyedotan, atau pengurasan berkala minimal tiga tahun sekali. Dengan memiliki septic tankyang sesuai standar dan disedot secara berkala, maka kita secara aktif mengurangi penyebaran mikroorganisme patogen dari tinja. Selain itu, mencuci tangan dengan sabun juga merupakan salah satu perilaku yang sangat penting dalam mencegah penyebaran kontaminasi tinja. Bersama kampanye #DihantuiTai dan situs www.cekidot.org ini, diharapkan anak-anak dan keluarga Indonesia dapat terbebas dari bahaya kontaminasi tinja. Namun tentu saja, hal tersebut tidak dapat berhasil jika hanya diupayakan oleh UNICEF dan Pemerintah Indonesia saja. Perlu partisipasi masyarakat Indonesia untuk saling berkontribusi dengan memberikan dukungan terhadap kampanye ini. serta aksi nyata lainnya untuk meningkatkan akses universal terhadap air bersih dan sanitasi, termasuk dalam kapasitas ekonomi dan kelestarian lingkungan yang menyehatkan dengan dukungan sepenuhnya dari pemerintah dan siapapun yang peduli.

    Penulis: Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here