More

    Fenomena Fajar “Sad Boy” dan Revolusi Mental Jokowi

    Tantangan Revolusi Mental

    Dalam mewujudkan revolusi mental perlu dukungan dari berbagai pihak, pemerintah yang mempunyai peran utama dapat memaksimalkan gerakan ini dengan membuat program yang melibatkan pemuda/i sehingga dapat meningkatkan kompetensi mereka.

    Selanjutnya peran orang tua dan keluarga sangat penting apalagi melihat kasus Fajar yang “sebebas” itu melakukan kehendaknya seperti putus sekolah sampai mengejar pacarnya ke daerah lain dengan menumpang truk bahkan sempat mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan saat diacuhkan oleh mantannya. Untuk itu keterlibatan orang tua sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Orang tua memiliki tanggung jawab dan berhak memilih aktivitas yang berdampak baik untuk anak di kemudian hari.

    - Advertisement -

    Peran terakhir ditentukan oleh pendidikan, langkah awal dari proses revolusi mental adalah pendidikan, melalui pendidikan pemuda/i bersentuhan langsung dengan unsur-unsur pembelajaran yang akan membentuk karakternya. Sekolah hingga perguruan tinggi merupakan tempat yang sangat potensial dalam menerapkan pendidikan karakter dan mengembangkan potensi diri. Tingginya angka putus sekolah menjadi masalah yang harus segera dicari solusinya oleh pemerintah hingga lingkungan terdekat seperti orang tua dan keluarga, Fajar menjadi contoh nyata dari masalah tersebut. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 5 (ayat 1) menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan kata lain, tidak ada pengecualian atas kesamaan hak dalam memperoleh pendidikan. Kesamaan hak tersebut, tertuang dalam sistem pendidikan yang berfungsi untuk memberdayakan setiap warga negara agar mendapat peran dan hak yang sama secara baik dan bertanggung jawab dalam proses pendidikan, sehingga terciptalah pemuda/i yang berwawasan luas, berkarakter dan berjiwa merdeka yang dapat mewujudkan revolusi mental. Sejalan dengan yang dikatakan Jokowi “Revolusi Mental adalah proses Pendidikan”.

    *Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen Ilmu Administrasi Negara, Universitas Musamus Merauke. Tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

    - Advertisement -

    9 COMMENTS

    1. Sebaiknya jargon revolusi mental ini jangan hanya menjadi bias bahkan angan-angan saja, sudah seharusnya pemerintah mengambil sikap tindak dalam memperbaiki mental anak bangsa kedepan.
      Melalui tulisan ini semoga dapat menjadi inspirasi tidak kan ada lagi “Sad Boy ” Indonesia mendatang

      Salam

    2. Pemuda pemudi yang memiliki integritas yang tinggi sangat diperlukan dalam perkembangan bangsa dan negara. Begitu juga dengan revolusi mental ini,dimana bukan hanya tulisan semata yang di lontarkan tetapi dapat aplikasikan dalam perkembangan pola pikir pemuda pemudi.

    3. Tulisan ini sangat membantu dalam mewujudkan tujuan revolusi mental jokowi terkusus dalam perkembangan pola pikir lebih kekinian

    4. Kemajuan teknologi informasi yg sangat masif memberikan peluang yg sangat besar bagi pemuda untuk berkarya di dunia maya. Namun peluang ini ibarat sebuah kapak bermata dua yg dimana bisa menjadi senjata untuk kita dan tidak menutup kemungkinan untuk melukai kita juga.

      Dalam hal ini, revolusi mental yang digaungkan presiden jokowi masih perlu pengawasan yang sangat ketat agar generasi muda yang semestinya menjadi bonus demografi Indonesia untuk masa depan mampu memahami apa yang menjadi cita-cita pak presiden sebagai tonggak penerus untuk bangsa ini.

    5. Revolusi mental bukan hanya di gaung-gaungkan saja namun pihak pemerintah juga harus mendukung dan menjadi contoh.
      Fenomena seperti fajar ini akan terus terjadi seiringnya perkembangan zaman, menurut saya memang tak pantas anak se umur itu sudah berbicara soal cinta, namun di lihat di zaman sekarang sudah tak awam lagi untuk anak di umur segitu, dunia moderen ini sangan luas menurut saya pemerintah tak bisa menjamin kesejahteraan masyarakat nya, jadi biar lah fajar berekting dengan dramanya sebagai memakmurkan keluarganya, jalur kesusksesan orang berbeda-beda tidak bisa kita pukul rata dengan kepintaran akademi saja. Bercontohlah seperti DPR kita yang mulia yang pintar dan bergelar tinggi tapi kepintaran mereka hanya untuk membodohi masyarakat, tampa mewakili rakyat sama sekali.

    6. Dengan karya tulis ini jadi bisa menambab wawasan dan sudut pandang yang baru sehingga dapat menambah cara berfikir kita agar lebih kritis dalam menanggapi dan mengetahui masalah atau topik” Yang ada

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here