More

    Pilihan untuk Melawan

    Oleh: Dina Yulianti Sulaeman*

    Dina Yulianti Sulaeman dalam konferensi ke-11 “the Global Gathering in Support of the Choice of Resistance”, Beirut, Mei 2023. (Foto: Facebook Dina Sulaeman)

    Bulan Mei tahun 2023, saya diundang untuk hadir dalam konferensi ke-11 “the Global Gathering in Support of the Choice of Resistance”  (Pertemuan Global untuk Mendukung Pilihan Perlawanan).

    Ada frasa yang unik di sini, yaitu “pilihan perlawanan.” Mengapa harus dipilih (memilih)?

    - Advertisement -

    Saya berdiskusi dengan salah satu founder gerakan ini, Dr. Tim Anderson, akademisi dari Australia yang selama ini sangat konsisten melakukan perlawanan intelektual (melalui tulisan) terhadap kolonialisme-modern yang dilakukan Barat.

    Ia mengatakan, “pilihan” atau “hak untuk memilih” adalah terminologi yang sering disampaikan oleh para pemikir dan politisi liberal Barat. Namun, ketika terkait dengan isu Palestina, misalnya, para pemikir atau aktivis liberal mengingkari hak untuk memilih itu. Sebagian dari mereka menyatakan mendukung Palestina, tetapi “jangan gunakan kekerasan,”  atau “lakukan negosiasi damai” saja. Ketika ada sebagian faksi di Palestina memilih untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan kolonialisme Israel, mereka dengan segera -bersama Israel- menyebut perjuangan itu sebagai “terorisme.”

    Barat, meliputi Eropa Barat dan Amerika Serikat, sering mengklaim diri sebagai pengusung nilai-nilai liberal. Mereka bahkan melakukan penyebaran nilai-nilai liberal itu ke berbagai bangsa di dunia. Dalam paradigma liberalisme, individu mampu mengatur dirinya menuju kebaikan. Politisi dan filsuf liberal Prancis abad ke-19, Alexis Tocqueville, berpandangan bahwa individu adalah hakim terbaik untuk kepentingan mereka sendiri dan karena itu mereka harus diizinkan untuk berbicara sendiri dalam hal-hal yang menyangkut nasib pribadi mereka sendiri (Ossewaarde, 2004). 

    Namun, ketika bersentuhan dengan bangsa-bangsa tertindas, Barat justru mengkhianati nilai-nilai liberalisme itu sendiri. Barat mengabaikan hak memilih bangsa-bangsa itu. Barat melanjutkan kolonialisme-modern mereka, tanpa peduli pada hak-hak asasi yang dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tertindas.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here