Ratusan orang berkumpul di Herald Square, New York City, Amerika Serikat (AS), menyerukan gencatan dan embargo senjata Israel segera serta desakan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada Jalur Gaza. Ratusan orang itu juga menyuarakan penentangan terhadap penggunaan uang pembayar pajak AS untuk mendanai militer Israel yang menargetkan warga sipil Gaza. Protes serupa diadakan di Washington, Milwaukee, Dallas, San Francisco, dan Chicago, sebagai bagian dari Hari Aksi Global untuk Gaza.
Para peserta membawa banyak bendera dan spanduk Palestina yang menolak genosida Israel terhadap warga di Jalur Gaza dan lainnya. Termasuk menyatakan keprihatinan yang mendalam atas kondisi kemanusiaan yang mengerikan di sana. Para pengunjuk rasa menyerukan pembukaan penyeberangan Gaza dan pengiriman bantuan kemanusiaan segera kepada penduduknya. Terkait dengan perkembangan berbagai aksi ini, Institut Teknologi Massachusetts (MIT) memutuskan hubungan dengan Elbit Systems, yaitu produsen senjata terbesar Israel.
Keputusan itu menyusul tekanan berlanjutan dari mahasiswa dan aktivis pro-Palestina di AS. Sementara itu pada akhir pekan, pesawat nirawak Elbit mengebom tenda-tenda di Gaza sehingga menewaskan warga sipil. Akibatnya, Elbit akan dihapus dari Industrial Liaison Programs (ILP) MIT. Platform ini merupakan keanggotaan yang menghubungkan perusahaan dengan para ahli fakultas MIT, teknologi baru dan laboratorium penelitian.
Keputusan MIT itu juga dipelopori oleh gerakan mahasiswa MIT Coalition for Palestine cabang Boston dari gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS). Mereka menganggap langkah ini sebagai kemenangan akuntabilitas akademis dan penolakan kemitraan yang terlibat dalam kejahatan perang Israel. “Jadikan ini sebagai pesan bagi semua pedagang kematian: Anda telah diberi peringatan,” kata MIT Coalition for Palestine dan gerakan BDS.
Koalisi MIT untuk Palestina ini adalah kolektif yang terdiri dari 17 fakultas, staf dan kelompok mahasiswa yang bersatu untuk membebaskan Palestina dari penindasan rezim Israel. Para mahasiswa pun bersumpah untuk terus memerangi universitas yang terlibat dalam genosida. Sementara itu, kampanye BDS juga juga mencakup Bangkok, Seoul, dan Tokyo dan berbagai negara lainnya. MIT sendiri sempat mengalami pembungkaman seperti yang diceritakan oleh Michel de Graff, salah satu dosen MTI di Haiti.
“Saya menghadapi penyensoran & serangan di MIT karena mencoba mengajarkan tentang Palestina. Ini mencerminkan meningkatnya fasisme dalam pendidikan tinggi. Pembelajaran linguistik yang saya usulkan untuk diajarkan tentang dekoloniasisasi di Haiti & Palestina disensor dan diserang. Kisah saya hanyalah satu jendela kecil ke dalam krisis dan pendidikan yang lebih luas yang terjadi di dalam pendidikan tinggi,” ungkapnya dalam akun Instagram pribadinya.
Dan akan terus bertambah fakultas,mahasiswa,univ yg bergerak Membela Palestina…
Ekonomi, politikus dan pejabat USA sudah dikuasai zionis. Tidak mudah mengupayakannya dari bawah
Dalam situasi di mana kemanusiaan dipertaruhkan, keberpihakan pada keadilan adalah pilihan yang benar. Tindakan MIT adalah bukti bahwa pendidikan tinggi tidak hanya bertugas mencerdaskan, tetapi juga membela nilai-nilai kemanusiaan.
“Salut untuk MIT!!!”
✊✊✊♥️
Koalisi MIT untuk Palestina memperlihatkan keberanian luar biasa di tengah tekanan yang besar. Kebebasan akademik harus dijaga, bukan dibungkam demi melindungi kepentingan politik tertentu.
Reaksi Perlawanan global melawan kolonialisme sangat terasa dan mengental kini. Semua front Bersatu membentuk jaringan global menentang penjajah dan pembunuhan di palestina.
kebohongan struktural yang telah menyamar sebagai “kekuatan dunia”. kini telah tertelanjangi dan terlihat yang sejati arogansinya.
perimbangan telah berubah. kini telah jelas dan gamblang:”konfrontasi dibalas konfrontasi.” Ini pesan Gelombang Poros perlawanan.
Sambuta itu, terabadikan juga di tanah “paman sam” khususnya dunia kampus, Suara Para pengunjuk rasa aktivis pro-Palestina membuahkan hasil di cabutnya Kerjasama penelitian kampus dengan badan yang teridentifikasi mempunyai andil dalam genosida di Palestina.
Semoga di tanah air khususnya dunia kampus, geliat menyuarakan pembelaan terhadap PALESTINA lebih menggema dan terlihat nyata. Karena kita mempunyai modal dan bahan bakar untuk itu.
Bila boleh berandai andai,
Mungkin gusdur kala menaikkan anggaran Pendidikan ditanah tahun 2006, berangan-angan, bercita-cita dan mengharapkan para kita dapat maksinal belajar untuk kemudian memihak kaum lemah.
Telah lama zionis dengan alat-alat yang dikuasainya seperti media sosial menjadi senjata yang menyensor setiap suara anti penjajahan zionis dan pembelaan terhadap poros perlawanan.
Sering juga jejaring sosial raksasa menutup akun-akun anti-zionisme dan menyulitkan akun yang ingin memposting foto para pejuang poros perlawanan yang telah gugur seperti Jendral IRGC Qasem Sulaimani.
Hal ini menunjukkan betapa mereka berupaya sedemikian agar manusia tidak mengakses kebenaran informasi suatu masalah dan kemudian memadamkannya.
Dengan satunya suara melawan pejajah dunia (israel dan Amerika), maka perdamaian dunia akan segera terwujud.
Semoga semakin banyak masyarakat dunia yang tergugah dan tergerak hatinya untuk bersuara demi Palestina seperti aksi masyarakat pada tulisan ini.
Dari berita ini dapat terlihat, meskipun pemerintah Amerika jelas-jelas mendukung Israel, namun tekanan dari para mahasiswa dan aktivis pro Palestina yang begitu besar berhasil mengubah kebijakan di kampus tersebut bahkan memutus kerjasama pihak kampus dengan produsen senjata Israel!
Perjuangan ini tentu tidaklah mudah, namun membuktikan people power itu nyata! Mari, kita juga yang ada di Indonesia bergerak, beraksi dan bersuara selalu untuk Palestina! Free Palestine until Palestine is free!