
Serangan Israel di sebuah sekolah pengungsian al-Tuffah di Kota Gaza menewaskan setidaknya 10 orang, termasuk seorang anak yang tewas terbakar, Rabu (23/4) saat warga mengungsi di lokasi tersebut. Tim Pertahanan Sipil Palestina menyatakan korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan. “Anak-anak tewas terbakar saat tidur di tenda pengungsian,” tulis jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif di media sosial.
Dilansir dari Reuters, rekaman video menunjukkan tenda-tenda pengungsian hangus dilalap api. Kursi dan ranjang terbakar menjadi saksi bisu kekejaman serangan ini. Tim penyelamat kesulitan mencapai lokasi karena zona tersebut ditetapkan Israel sebagai area “terlarang”.
Mereka mendesak bantuan mendesak dari Palang Merah Internasional untuk evakuasi korban. Di tempat terpisah, seorang anak dilaporkan tewas dalam serangan ke kamp pengungsian Jabalia. Satu orang lagi meninggal akibat serangan drone Israel di zona “aman” al-Mawashi, Khan Younis.
Serangan artileri dan udara Israel terus mengguncang Gaza sepanjang pagi. Warga mengaku tidak ada lagi tempat yang benar-benar aman di wilayah tersebut. Serangan ini memperparah kondisi warga Gaza yang sudah hidup dalam ketakutan sejak Oktober 2023.
Meskipun ada usulan gencatan senjata dari mediator Arab, menurut badan pertahanan sipil jalur tersebut. Pengeboman Israel menyebabkan kebakaran besar dan mengakibatkan sebagian besar korban jiwa di Kota Gaza. “Tidak ada yang selamat dari genosida ini,” tambah al-Sharif.
Di kamar mayat rumah sakit al-Shifa, memperlihatkan jenazah-jenazah dibungkus kain kafan putih dan sejumlah wanita menangis di samping jenazah seorang anak. “Kami sedang tidur dan tiba-tiba ada yang meledak. Kami mulai mencari dan menemukan seluruh sekolah terbakar, tenda-tenda di sana-sini terbakar, semuanya terbakar,” kata seorang saksi mata, Umm Mohammed al-Hwaiti, kepada Reuters.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) belum mengomentari serangan sekolah tersebut, mengutip klaim pejabat Israel bahwa Hamas dan pejuang sekutu bersembunyi di balik infrastruktur sipil. Kampanye baru Israel sejak gencatan senjata berakhir pada pertengahan Maret telah mengakibatkan 2.000 kematian dan 420.000 orang mengungsi karena Israel merebut wilayah yang lebih luas untuk zona penyangga keamanan.
“Orang-orang berteriak dan orang-orang membawa orang, membakar [orang-orang], membakar anak-anak, dan berjalan sambil berkata ‘Tuhan yang terkasih, Tuhan yang terkasih, kami tidak punya siapa-siapa selain Engkau’. Apa yang bisa kami katakan? Ya Tuhan, hanya Engkau,” katanya.
Serangan balasan Israel pada 7 Oktober 2023 mengakibatkan 51.300 kematian warga Palestina, 1.200 tewas, 250 tawanan, dan 49 sandera di Gaza. Blokade Israel terhadap Gaza telah memperburuk krisis kemanusiaan, dengan menipisnya makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan, yang mendorong badan-badan bantuan untuk menyatakan keadaan lebih buruk dari sebelumnya.
Bangsa zionis keturunan kaum bar-bar yang suka menumpahkan darah & kerusakan di atas bumi.
Dunia hanya melihat dengan sebelah mata. untuk urusan kemanusiaan yang terjadi di Gaza Palestina..
Kezholiman harus di lawan dengan dan berbagai cara yang kita bisa
.
.
Barbar Amerika
Barbar penjajah (Zionis)
Semoga Tuhan melaknat keluarga sa’ud yang hanya diam atas kezholiman yang di pertonton_kan..
Setiap hari semakin memburuk. Setiap hari kita dengar kabar buruk.
Malu melihat kejadian demi kejadian melanda mereka, inikah harga kebebasan !?
Ataukah kita yang terlalu bebal dan tak maksimal membatu !!
disini Kita, dapat berbuat semaunya, tapi mereka disana dilanda prahara hari demi hari.
Sampai kapan ini terjadi, ??
Apakah menunggu hati menjadi batu, sehingga punya alasan tak mbantu !!?,
ah, tidak !!!!!
Apa yang terjadi disana, adalah panggilan diri,
Panggilan hati nurani,
tuk berbuat semaksimal mungkin menghentikan apa yang Palestina alami.
derita menyambung nyawamu wahai saudara Palestinaku adalah hutang darahku.
Panjang Umur Palestina
Tindakan brutal menyerang tempat perlindungan sipil, apalagi sekolah, adalah kejahatan perang yang nyata. Setiap suara kita harus lantang menyuarakan bahwa pembunuhan terhadap warga sipil, terlebih anak-anak, adalah kejahatan yang tak dapat ditoleransi dalam peradaban mana pun.
Setiap berita duka yang begitu memprihatinkan yang terjadi pada saudara-saudara kita di Palestina tentunya memancing rasa amarah, rasa sedih, dan rasa prihatin bagi kita sebagai barusan yang juga mendukung kemerdekaan Palestina.
Tak jarang, kita juga acapkali merasa tidak berdaya, terhadap kebengisan penjajah Israel yang senantiasa meneror dan menggenosida rakyat sipil Palestina.
Namun, semoga berita duka yang seringkali datang pada kita tentang saudara-saudara kita di Palestina ini semoga menjadi pemantik semangat kita untuk semakin lantang bersuara, semakin keras ikut andil dalam membantu saudara-saudara kita di Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Free Palestine until Palestine is Free!!!