More

    Menggenggam Solidaritas Palestina di Tengah Tekanan Belanda

    Giorgio Ramadhan bersama Delegasi PFLP (Popular Front for the Liberation of Palestine) di Caracas, Venezuela, saat konferensi Antifasis dan Inagurasi Presiden Maduro. (ist)

    Di tengah gelombang aksi solidaritas Palestina yang melanda Eropa, suara mahasiswa Indonesia pun turut hadir, menggema dari jalanan kota-kota Belanda. Dalam wawancara eksklusif ini, seorang mahasiswa asal Indonesia anggota Free Palestine Network (FPN) membagikan pengalaman, tantangan, dan harapannya terhadap perjuangan rakyat Palestina serta peran pemuda Indonesia.

    Mahasiswa bernama Giorgio Ramadhan itu mengatakan banyak aksi-aksi pro-Palestina di kampus-kampus Belanda. Ia juga mengatakan seberapa penting posisi Indonesia dalam isu Palestina di mata dunia. Bagi Giorgio, peran Indonesia sangat besar karena negara dengan kaum muslimin terbesar sedunia. 

    “Indonesia bisa membantu Palestina lebih besar dengan cara mendukung BDS (Boycott, Divestment, and Sanctions), menolak kapal terafiliasi Israel untuk berlabuh di Indonesia (seperti Malaysia dan Spanyol), mengkriminalisasi kepemilikan paspor Israel dan visa Israel serta yang termudah adalah untuk memboikot Israel dari sisi militer,” ujarnya.

    - Advertisement -

    Giorgio sendiri merupakan bagian dari Leiden for Palestine dan terafiliasi dengan Samidoun, yaitu jaringan internasional yang mendukung tahanan politik di Palestina. Dari keterlibatan ini, Giorgio memaparkan perbedaan karakter orang-orang pro-Palestina di Belanda dengan Indonesia. 

    “Orang Indonesia secara luas sebenarnya mendukung Palestina, namun bagi mayoritas orang Indonesia mereka belum menemukan alasan kemanusiaan atau bahkan belum begitu tahu nuansa spesifik tentang perjuangan politik Palestina. Mayoritas masyarakat Indonesia memahami konflik ini sebagai isu Agama,” ujarnya saat dihubungi Kabar Kampus. 

    Giorgio Ramdhan saat diskusi panel yang menghadirkan Francesca Albanese, pelapor khusus PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), di Pakhuis de Zwijger, Amsterdam (13/02/2025). Laporan diskusi panelnya bisa dibaca di link berikut: https://kabarkampus.com/2025/02/gencatan-senjata-di-gaza-keadilan-untuk-palestina/ (ist)

    Maka dari itulah ia berpendapat bahwa sebaiknya para mahasiswa Indonesia harus berbaur dengan mahasiswa lain dan diaspora Palestina. “Dimana menurut saya sangat baik jika lebih banyak mahasiswa Indonesia berbaur dengan mahasiswa lain termasuk lokal dan diaspora Palestina untuk memahami lebih lanjut isu tersebut,” sambung Giorgio. 

    Sementara itu, dukungan dari mahasiswa internasional diwarnai nuansa ideologis. Di Eropa, dukungan terbesar terhadap isu Palestina diberikan oleh kaum kiri, terutama kiri-radikal. Banyak aksi solidaritas justru dipimpin oleh diaspora Timur Tengah yang paham konteks konflik. Mereka menjadi poros utama dukungan terhadap Palestina, sementara kelompok sayap kanan dan liberal cenderung bersikap dingin atau bahkan mendukung narasi anti-Palestina.

    Atmosfer Solidaritas yang Kompleks

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    4 COMMENTS

    1. Dia satu bukti keseriusan, dalam membantu Palestina.
      Istilah lama yang biasa didengar “banyak jalan menuju Roma”, kiranya pribahasa ini tepat bagi beliau.

      Dia telah menjelma menjadi menjadi duta Palestina, tak. Muluk angkat Senjata, bertempur hadap hadapan di garis depan dengan kelompok penjajah Zionis israel.

      Tetapi sejatinya dia telah menjadi mujahid sesungguhnya, membuka front lain, memanggul tanggung tiap tiap insan untuk melakukan pembelaan kepada Palestina.

      Kau membuktikan bahwa memperjuangkan, menyuarakan dan membela palestina itu banyak cara dan front, kini kau buktikan itu

      Selamat berjuang saudara
      Semoga selalu terkenang
      Dan menginspirasi kawan lain
      tak meninggalkan palestina
      Tanah para nabi nan berkah

      Panjang Umur Palestina

    2. Artikel yang sangat bagus dan informatif, menyadarkan kita bahwa bahkan di tengah suasana dan rasa tidak aman karena masih banyaknya terutama kaum liberalis di Belanda yang mengecap negatif terhadap pendukung Palestina, Bung Giorgio Ramadhan dan para pendukung Palestina tetap berjuang bersuara demi Palestina.

      Kita, yang hidup di negara yang lebih bersahabat akan aktivis pro Palestina, sudah seharusnya belajar banyak dari para aktivis pro Palestina di luar sana dan sudah seharusnya kita bisa bersuara lebih lantang, sesuai pesan Bung Giorgio, mari belajar Palestina secara geopolitik dan ilmiah, tumbuhkan kesadaran kritis sehingga kita bisa memperjuangkan anti tesis terhadap genosida, kolonialisme, dan imperialisme yang dilakukan Israel dan para sekutunya terhadap Palestina.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here