
Atmosfer Solidaritas yang Kompleks
Mayoritas politisi berpihak pada Israel, dan ada kecenderungan islamofobia yang terasa di luar komunitas Muslim. Bahkan dari sosial-demokrasi sampai liberal biasanya melihat isu Palestina sebagai perpanjangan dari Anti-Semitisme timur tengah. Mereka mengecam orang Palestina sebagai sekelompok bigot rasis.
“Di mana mereka mengecam orang Palestina sebagai sekelompok bigot rasis yang “tidak bisa hidup bersampingan dengan orang Yahudi”. Kaum sayap kanan, terutama yang lebih garis keras cenderung melihat isu ini sebagai kepentingan mereka untuk membela nilai-nilai “judeo-christian” dan untuk membela kepentingan ras kulit putih diantara “para imigran coklat” timur-tengah.” jelas Giorgio.
Faktor itu yang membuatnya tidak bebas menyuarakan dukungannya kepada Palestina di Belanda. Sejak 2019, Giorgio aktif dalam aksi-aksi protes. Ia juga sempat bertemu langsung dengan Omar Barghouti, salah satu pendiri gerakan BDS, dua kali—di Belgia dan Belanda. Meski aktif, Giorgio tidak merasa aman menyuarakan dukungan terhadap Palestina di lingkungan kampus.
Ia langsung dicap anti-semit ketika mempertanyakan kedaulatan Israel. Bahkan mahasiswa studi S2 Hukum ini juga pernah ditangkap selama 4-6 jam karena mengikuti aksi. Giorgio juga menceritakan pengalaman konfrontasi dengan seorang kolega keturunan Israel-Polandia yang berasal dari Israel.
“Dia memojokkan saya sebagai “fundamentalis islam yang bigot/rasis” karena saya tidak mengecam serangan Taufan Al-Aqsa dan mengenang Shahid Yahya Sinwar & Sayyid Hasan Nasrallah. Secara efektif mahasiswa yang Pro-Palestina ditandai, sudah banyak tulisan yang menyatakan kalau Universitas Leiden membayar intelijen swasta untuk memantau mahasiswanya sendiri,” ungkapnya.
Namun bagi Giorgio, perjuangan mesti tetap dilakukan mesti harus menempuh jalan yang teramat panjang. Ia berharap agar rakyat Palestina bisa terus tabah dan panjang umur dan ingin melihat kemerdekaan mereka dalam masa hidupnya. Maka untuk hal demikian, Giorgio mendorong mahasiswa Indonesia untuk lebih aktif dan rasional dalam mendukung Palestina.
“Belajarlah secara geopolitik, bukan cuma lewat ceramah agama atau takhayul,” tegasnya, mengkritik narasi seperti “kiamat akan tiba jika Palestina merdeka” yang menurutnya merusak pemahaman publik. Zionis tidak akan berhenti, karena mereka didukung kepentingan imperialis. Maka tuntutan kita harus jelas dan tegas,” tuturnya.
Ia menutup wawancara dengan ajakan konkret yaitu mengimbau mahasiswa Indonesia bergabung ke gerakan pro-Palestina di lokasi terdekat. Selain itu, Giorgio juga menekankan bahwa pemerintah Indonesia harus mulai mendeportasi para zionis. Sebab baginya sudah rahasia umum untuk tidak mengakui Israel sebagai negara.
“Sudah Rahasia umum bahwa ketidakadaan pengakuan Israel sebagai negara digunakan untuk melindungi warga Israel itu sendiri yang ke Indonesia, di mana bagi mereka, mereka tinggal gunakan paspor negara kedua mereka, karena bangsa “Israel” sendiri adalah bangsa imigran kolonial dari Eropa, beda dengan Yahudi Palestina,” tandas Giorgio.







Sangat informatif tulisannya, dan ini bisa menjadi inspirasi buat mahasiswa di Indonesia untuk terus bersuara untuk kemerdekaan negeri Palestina
Dia satu bukti keseriusan, dalam membantu Palestina.
Istilah lama yang biasa didengar “banyak jalan menuju Roma”, kiranya pribahasa ini tepat bagi beliau.
Dia telah menjelma menjadi menjadi duta Palestina, tak. Muluk angkat Senjata, bertempur hadap hadapan di garis depan dengan kelompok penjajah Zionis israel.
Tetapi sejatinya dia telah menjadi mujahid sesungguhnya, membuka front lain, memanggul tanggung tiap tiap insan untuk melakukan pembelaan kepada Palestina.
Kau membuktikan bahwa memperjuangkan, menyuarakan dan membela palestina itu banyak cara dan front, kini kau buktikan itu
Selamat berjuang saudara
Semoga selalu terkenang
Dan menginspirasi kawan lain
tak meninggalkan palestina
Tanah para nabi nan berkah
Panjang Umur Palestina
Geopolitik itu satu senjata, minimal menurut giorgio, kiranya dengan geopolitik kita diharaokan
Artikel yang sangat bagus dan informatif, menyadarkan kita bahwa bahkan di tengah suasana dan rasa tidak aman karena masih banyaknya terutama kaum liberalis di Belanda yang mengecap negatif terhadap pendukung Palestina, Bung Giorgio Ramadhan dan para pendukung Palestina tetap berjuang bersuara demi Palestina.
Kita, yang hidup di negara yang lebih bersahabat akan aktivis pro Palestina, sudah seharusnya belajar banyak dari para aktivis pro Palestina di luar sana dan sudah seharusnya kita bisa bersuara lebih lantang, sesuai pesan Bung Giorgio, mari belajar Palestina secara geopolitik dan ilmiah, tumbuhkan kesadaran kritis sehingga kita bisa memperjuangkan anti tesis terhadap genosida, kolonialisme, dan imperialisme yang dilakukan Israel dan para sekutunya terhadap Palestina.