
SALATIGA, KabarKampus – Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Prof. Dr. Intiyas Utami SE., M.Si., Ak., Intiyas utami, menjawab pertanyaan mengenai gaya kepemimpinannya dalam forum dialog terbuka dengan mahasiswa bertajuk ‘Open Forum bersama Rektor Intiyas’ di Balairung Universitas, Jumat (16/5). Intiyas menegaskan bahwa dirinya bukan tipe pemimpin otoriter dan merasa menjalankan kepemimpinan yang demokratis.
Hal ini menanggapi soal isu pemecatannya. Pihak rektorat itu sendiri mengakui memiliki alasan dan argumentasi di balik setiap keputusannya. Namun ia juga menekankan haknya sebagai pemimpin untuk memiliki pertimbangan tersendiri. “Kalau kita menjawab versi yang saya mau, ya iya saya bukan tipe otoriter. Ya apakah saya demokratis? Menurut saya, iya,” jawabnya tegas.
Rektor juga menanggapi pertanyaan mengenai visi membawa kampus ke arah yang lebih baik. Intiyas menyatakan bahwa hal tersebut adalah tujuannya. Namun ia mengakui bahwa penyelesaian seluruh permasalahan di kampus adalah proses yang berkelanjutan. Intiyas bahkan balik bertanya mengenai ekspektasi mahasiswa terhadap kepemimpinannya.
Ada pun mahasiswa yang menyinggung soal rektor yang dianggap marah-marah saat berbicara cepat. “Kalau bertanya pemecatan bagaimana? Saya punya alasan baik. Ada argumentasi? Ada. Iya, tapi kalau argumentasi saya juga tidak mau didengar, boleh nggak saya sebagai pemimpin punya pertimbangan?,” ucap Intiyas dalam dialog forum bersama mahasiswa tersebut, seperti dikutip dari Kaldera.
Ia dengan tenang menerima kritik tersebut dan meluruskan bahwa hal itu hanyalah persepsi yang mungkin dipengaruhi kondisi suara saat itu. Pertanyaan lain yang muncul adalah mengenai potensi Rektor untuk terjun ke politik setelah masa jabatannya. Intiyas dengan tegas bahwa ia tidak berminat.
Mahasiswa juga menyampaikan apresiasi terhadap kepemimpinan Rektor yang dinilai terstruktur dan sistemis. Namun juga menyoroti perlunya kedekatan dengan mahasiswa. Persepsi mengenai jarak antara Rektor dan mahasiswa termasuk isu tentang empat bodyguard juga menjadi perhatian. Intiyas meluruskan bahwa orang-orang yang mendampinginya adalah tim frontliner yang bertugas membantu kelancaran acara dan komunikasi.
Ia juga meminta maaf jika ada mahasiswa yang merasa tidak tersapa dan menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah kesengajaan. Mengenai persepsi yang merasa berjarak ini, Rektor meminta masukan konkret mengenai tindakan yang dianggap menjauhkan diri dan bagaimana ia bisa memperbaikinya.
Intiyas mencontohkan kejadian saat acara kewirausahaan di lapangan bola. Di mana ia harus berpindah dari ke agenda lain dengan cepat. Rektor sekali lagi meminta maaf jika ada mahasiswa yang merasa terlewatkan dan menegaskan bahwa ia tidak ingin dianggap sok sibuk. Menanggapi permintaan mahasiswa agar tindakannya lebih konkret dalam mendekatkan diri, Intiyas menekankan pentingnya komunikasi dua arah dan berjanji akan berusaha lebih dekat lagi dengan mahasiswa dan tetap menjalankan tugas serta tanggung jawabnya sebagai pemimpin universitas.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>