
PAPUA, KabarKampus – Sebuah truk polisi terbakar tepat di depan gapura Universitas Cendrawasih (Uncen), Kamis (22/5). Demonstrasi mahasiswa yang awalnya tertib mendadak berubah menjadi kerusuhan massal. Teriakan dan letupan water canon merobek bentrokan di kampus tertua Bumi Cenderawasih tersebut. “Benar, ada kericuhan. Kami sedang mengamankan situasi,” kata Kapolresta Jayapura Kota, AKBP Fredrickus Maclarimboen, seperti dikutip dari Tribun.
Sekitar 300 mahasiswa Uncen turun ke jalan dengan tuntutan menurunkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang melonjak tajam. Kebijakan itu dinilai mencekik para mahasiswa Papua. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Stop Kapitalisasi dan Komersialisasi Pendidikan” sambil meneriakkan orasi keras. Kenaikan UKT dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap semangat pendidikan.
Para mahasiswa juga menuntut kuota penerimaan 80 persen bagi Orang Asli Papua (OAP) dan penghapusan status Badan Layanan Umum (BLU) yang dinilai menjadi pintu masuk kapitalisasi kampus. “Ini bukan soal uang kuliah semata. Ini soal harga diri mahasiswa Papua yang terpinggirkan,” ujar salah satu mahasiswa.
Ketegangan semakin memuncak saat mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA turut bergabung. Massa yang semakin membludak mulai saling dorong dengan aparat keamanan. Sebuah truk milik Polresta Jayapura yang terparkir di depan Uncen menjadi korban amukan massa. Dalam hitungan menit, kendaraan itu dilalap api yang menjadi simbol kemarahan mahasiswa terhadap sistem.
Aparat keamanan merespon dengan gas air mata dan tembakan water canon. Para mahasiswa pun berhamburan untuk menyelamatkan diri. Masing-masing pihak mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit. Sampai siang hari, aparat gabungan dari Polresta Jayapura, Polsek Heram, dan Brimob Polda Papua, masih menjaga ketat lokasi kampus. Sementara massa sudah membubarkan diri.
Kericuhan pecah sekitar pukul 10.20 WIT ketika aparat mulai membubarkan massa aksi dengan cara mendorong barisan mahasiswa. Para mahasiswa juga memprotes keras masuknya aparat bersenjata ke dalam kampus yang dinilai melanggar prinsip ruang akademik sebagai wilayah netral. Selain unit taktis kepolisian, sejumlah kendaraan roda dua milik mahasiswa juga rusak.
Dikabarkan juga banyak mahasiswa menjadi korban kekerasan secara fisik maupun materiil. Hingga kini, belum ada kepastian mengenai korban jiwa. “Teman-teman punya harta sepertinya motor, barang-barang banyak yang rusak. Teman-teman juga banyak mendapat pukulan,” beber Kamus Balayage, mahasiswa yang menjadi saksi, seperti dikutip Tempo.