Ahmad Fauzan Sazli
JAKARTA, KabarKampus – Banyak cara seniman berekspresi. Diantaranya adalah dengan medium yang berbasiskan teknologi komputer seperti, manipulasi digital, internet, dan audio visual.
Bentuk ekspresi berbasis teknologi itu hadir dalam acara Arte Indonesia Art Festival yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) dari tanggal 29 – 31 Maret 2013. Sebanyak sekitar 33 seniman dan kelompok seni memamerkan karya-karya kontemporer mereka.
Seperti kelompok Labtek Indie dari Bandung. Mereka menggunakan teknologi digital untuk membuat grafiti tanpa harus mengotori tembok. Hanya dengan menggerakan sebuah laser dari jarak sekitar dua meter ke arah tembok sebuah karya grafiti pun jadi. Untuk mengganti warna yang diinginkan cukup hanya dengan menekan I Pad.
Labtek Indie menamakan karya mereka dengan Digitalisasi Grafiti. Kelompok yang bediri tiga tahun lalu di Bandung ini menggunakan software khusus agar gambar yang dihasilkan seperti grafiti sesungguhnya. Bila tak pandai menggunakan laser, maka cat akan terlihat seperti luber.
Selain menggunakan software pada komputer, kelompok ini menggunakan sensor untuk menangkap cahaya dari laser. Kemudian setelah menggambar, karya yang dihasilkan dapat disimpan ke dalam hard disk.
Lain lagi dengan Isman Muntaha, seniman dari Bandung ini mengumpulkan barang-barang berbasis teknologi dari daerah Jatiwangi, Jawa Barat. Ismal memberi judul karyanya dengan nama “When I Wake Up I Heard Many People Talk About What They Found.”
Barang-barang yang dikumpulkan Ismal antara lain video kamera pertama, SMS pertama, TV pertama, lembar foto analoq, mini DV hajatan, memory card Nokia Communikator, dan sebagainya.
Selain menghadirkan barang-barang asli dari warga Jatiwangi, Ismal menyajikannya dalam bentuk video digital dan mendeksripsikannya dalam teks.
Sementara itu seniman dari Jakarta yakni Hauritsa, Hendry Foundation, Mateus Bondan, dan Mushowir Bing menampilkan sebuah video berdurasi 3 Menit 58 detik yang berjudul “Penting, Tapi Tidak.” Video tersebut menampilkan seorang perempuan dari atas kursi yang sibuk menggunakan twitter dari telepon selulernya.
Dalam video tersebut disetiap twitnya ditampilkan dalam bentuk teks di atas gambar. Twit yang di tampilkan antara lain “Ladyjujur @Jodiakkamu : Sagitarius – percaya diri adalah kunci sukses, jangan percaya yang lain,” dan “mas Pedro dan mas Caroll. hihi.”
Tak hanya itu terdapat karya lain yang bisa membuat pengunjung tersenyum kagum. Seperti karya sulam Ika Vantiani. Dengan karyanya berjudul “Manual Heart Digital,” Ika menuliskan kata-kata unik, lucu, dan Indah dalam kain sulam sebanyak 12 buah di dinding. Atau kursi merah baja karya Faisal Habibi yang satu dari dua kaki-kakinya ada di belakang, sehingga kursi tersebut menjadi miring.
Ade Darmawan, kurator pameran mengatakan, bahwa pameran ini memperlihatkan karya-karya berbasis teknologi dan digital yang menunjukkan strategi artistik baru. Juga karya-karya yang menggunakan pendekatan lain yang merupakan sebuah pernyataan atau gagasan artistik seniman dalam melihat atau mengkritisi budaya teknologi dan digital di masyarakat kontemporer.
“Lebih jauh lagi dalam pameran ini kita dapat melihat sebauh gambaran yang beragam atas perkembangan teknologi dan digital secara luas,” katanya.
Selain terdapat lebih dari 30 karya visual seperti lukisan, audio, video dan sebagainya yang tak kalah menarik. Dalam Arte 2013 ini terdapat seni memasak yang dibawakan sejumlah chef. Diantaranya adalah memasak dengan liquid nitrogen atau biasa disebut dengan biang es yang memiliki suhu sekitar 150 derajat celsius sebagai sebagai pengganti minyak kelapa.[]