Ahmad Fauzan
Jakarta,KabarKampus—Himpunan Mahasiswa Antropologi Fisip Universitas Indonesia menggelar Festival Budaya Kemilau Sumatera di Kampus Fisip UI, Depok, (5/12). Pada festival tersebut mereka memperkenalkan berbagai kebudayaan Sumatera, yaitu tarian, kuliner, pakaian, pantun dan peribahasa, serta simbol simbol bangunan di Sumatera seperti Jembatan Ampera, Jam Gadang, dan sebagainya.
Pada pembukaan festival, 20 mahasiswa antropologi menjadi model peragaan busana 10 daerah di Sumatera. Dengan diiringi tarian Dol dari Bengkulu, mereka mengelilingi Fakultas Ilmu Sosial Politik UI. Para model yang berpakaian bak raja ini mendapat senyuman, jepretan kamera, dan teriakan apresiasi dari mahasiswa lain.
Meril Amirilia, mahasiswa Antropoligi angkatan 2011, yang mengenakan busana adat Palembang, mengaku tak tahu banyak tentang Sumatera. Soal Palembang Meril hanya tahu pempek.
Menurut Meril kegiatan ini membuatnya lebih mengenal berbagai kebudayaan di Sumatera. “Ternyata Sumatera itu bahasanya hampir sama, ” tutur Meril.
“Usang diperbaharui, lapuk dikajangi, artinya yang usang diperbaharui yang rusak diperbaiki, ” kata Meril, merujuk pada salah satu peribahasa dari Jambi yang hampir sama dengan bahasa Palembang yang ditempel tak jauh dari tempatnya berdiri.
Tidak banyaknya kebudayaan Sumatera yang dikenal oleh mahasiswa UI menjadi alasan mengapa acara ini dibuat.
Putri Sekar Wangi, ketua acara, mengatakan, ide acara ini muncul dari ketidaktahuannya tentang kebudayaan Sumatera. Selama ini masyarakat pulau Jawa lebih mengenal kebudayaan Minang dan Sumatera Utara. Sedangkan daerah yang banyak diberitakan media massa adalah Papua dan Kalimantan.
“Acara ini diharapkan membuka wawasan mahasiswa Fisip UI mengenai Sumatera ,“ tutur Sekar.
Festival Budaya Kemilau Sumatra digelar dari tanggal 5 – 9 Desember 2011, selain pameran benda budaya dan tari tarian, akan digelar seminar mengenai nasib masyarakat pedalaman Sumatera.[]