Dewi Resti Nazully Qiran
Pesatnya pembangunan di Indonesia tidak hanya berpusat di ibukota, yaitu Jakarta saja. Namun, pembangunan ini juga merambat ke kota-kota besar lainnya di Indonesia, termasuk Kota Malang. Menimbang kenyataan yang ada di depan mata saat ini, pembangunan yang pesat ini bagaikan pisau bermata dua. Jadi, ada sisi positif dan sisi negatifnya.
Sisi positifnya adalah bahwa pembangunan yang pesat ini menyeimbangi jumlah penduduk yang terus meningkat dan memenuhi kebutuhan lahan tempat tinggalnya. Sedangkan sisi negatifnya adalah bahwa pembangunan yang pesat ini ternyata menigkatkan global warming, sebuah problema urgent yang belum bisa diatasi oleh manusia bahkan hingga detik ini.
Kota Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur ini sejak lama telah dikenal dengan “Ijo Royo-royo”nya. Ini menggambarkan keadaan Kota Malang yang dihiasi begitu banyak pohon rindang dan tinggi, sehingga membuat udara di kota ini begitu sejuk dan segar. Itulah yang dulu dikatakan oleh banyak orang tentang Malang. Namun setelah melihat Kota Malang secara langsung, benar-benar berbeda dari cerita-cerita tersebut.
Ternyata Malang pun panas, sama seperti kota-kota lainnya di Indonesia. Hal ini bukannya menunjukkan bahwa cerita-cerita itu bohong, namun menunjukkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang telah mengakibatkan keadaan Kota Malang, khususnya mengenai temperatur, mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Perubahan ini sejalan dengan kenyataan di lapangan, dimana jumlah bangunan di Malang semakin meningkat tiap harinya. Ini dapat dilihat dari maraknya pembagunan tempat tinggal, took-toko, tempat hiburan, hotel, bangunan kampus, hingga kost. Dari semua itu, kost dan bangunan kampus merupakan perubahan yang paling terlihat saat ini. Terdapat keterkaitan antara kedua hal ini, ketika kampus menambah jumlah bangunan mereka, maka besar kemungkinan mahasiswa yang memilih Malang sebagai tujuan pendidikan mereka juga bertambah.
Dengan adanya fakta tersebut, banyak orang yang berlomba-lomba menyediakan kost bagi mahasiswa untuk memperoleh keuntungan dari fenomena ini. Sehingga berbagai jenis kost, dari yang biasa hingga yang menjulang tinggi bagai apartemen. Bahkan apartemen pun tersedia bagi mereka-mereka yang memiliki cukup biaya untuk itu.
Pembangunan yang begitu pesat dan banyak ini pada kenyataannya mempengaruhi kondisi lingkungan Kota Malang sendiri. Banyak lahan hijau yang terdesak oleh bangunan-bangunan. Sawah-sawah dan kebun-kebun dijadikan lahan pembangunan.
Akhirnya gedung semakin banyak, namun pohon-pohon hijau dan rindang yang menyejukkan itu semakin berkurang setiap waktu. Ditambah lagi semakin banyaknya perkampungan padat, dimana rumah-rumah warga saling berdempetan hingga tidak berhalaman apalagi berpohon. Sehingga apa yang terjadi? Penyuplai oksigen utama dalam kehidupan menjadi lebih sedikit. Sedangkan pengguna oksigen semakin membludak di kota ini. Sehingga udara yag dulunya sejuk bahkan cenderung dingin, berubah menjadi panas yang tidak terelakkan. Bahkan banyak remaja yang mengungkapkan seberapa panasnya Malang dengan “neraka bocor”.
Keadaan seperti ini sangat disayangkan untuk sebuah kota yang awalnya jauh dari efek pemanasan. Hanya karena kesalahan dalam penataan kota yang mengakibatkan kesemrautan dalam pembangunan, Kota Malang menjadi sesak dan panas. Sepanjang jalan yang dulunya dipayungi ridangnya pepohonan di sebelah kanan dan kiri, sekarang hanya bersisa satu di pojokan jalan.
Dengan kata lain, dulunya kanan kiri kulihat pohon, sekarang kanan kiri kulihat gedung. Meskipun gedung-gedung di Malang tidak semegah dan setinggi gedung-gedung di Jakarta, namun keberadaannya sudah cukup memberi pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya.
Meskipun demikian, keadaan ini belum telat untuk diperbaiki. Pemerintah kota masih bisa menyusun rencana reboisasi dalam waktu dekat, karena lebih cepat pasti lebih baik. Namun, tidak hanya dari pemerintah kota, penduduk juga harus bisa bekerjasama, baik dengan sesama warga maupun dengan pemerintah kota.
Pemerintah dan penduduk harus saling mendukung agar tercipta keselarasan dalam visi dan misinya. Pemerintah harus mampu menyusun rencana, penduduk harus mampu megkritisi rencana tersebut, dan keduanya harus mampu melaksanakan rencana yang telah disusun dengan sepenuh hati demi kotanya sendiri.
Oleh karena itu, penduduk harus memiliki kesadaran masing-masing bahwa lingkungan merupakan tanggung jawab bersama dan harus dijaga kebersihannya. Maka semua hal yang dapat mengganggu kestabilan keadaan lingkungan, baik tanah, air, dan udara, sebisa mungkin harus dihindari. Sebaliknya semua hal yang baik untuk lingkungan, yang telah dikembangkan dan dipelihara sebelumnya, harus terus dijaga dan dipelihara untuk kelangsungan hidup kedepannya.
Begitu juga dengan pemerintah yang merupakan kepala dari penduduknya, juga harus selalu menghindari semua hal yang tidak baik untuk lingkungan, serta harus bisa memelihara dan mengembangkan semua hal yang baik untuk lingkungan. Baik pemerintah maupun penduduk harus ingat bahwa lingkungan adalah milik dan tanggung jawab kita bersama. []