Taqwatin Ma’rifah
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa pada era modernisasi ini kehidupan sama sekali tak luput dari sentuhan teknologi. Hidup kita tak ubahnya sebagai serpihan yang bergantung pada kekuasaan teknologi yang sangat luar biasa. Secara umum dampak positif yang ditimbulkan dari teknologi memang sudah sangat menjamur disekitar kita.. Akan tetapi dibalik semua kemudahan yang dapat kita capai dari keberadaan teknologi ini terdapat beberapa dampak negatif yang terus berkembang seperti global warming.
Global warming merupakan kondisi dimana suhu bumi semakin tinggi sehingga mengakibatkan berubahnya iklim dan lingkungan sekitar. Perubahan iklim adalah fenomena yang sangat komplek dan sulit untuk diprediksikan sejauh ini dan telah menimbulkan banyak masalah baik di bidang sumber air, energi, agrikultur dan ekosistem. Sebagai contoh dampak buruk dari global warming adalah peningkatan resiko terkena penyakit karena panas yang sangat ekstrem, penyakit ini juga dapat berkembang melalui air, makanan, serangga dll. Resiko semakin meningkat pada usia anak, tua dan keluarga yang berada pada kemiskinan karena kurangnya pengetahuan hidup sehat.
Reuse, Reduce dan Recycle
Penanggulangan terhadap global warming telah ramai dijadikan suatu kebiasaan yang kita sebut green lifestyle. Kegiatan ini memang terbukti sangat efektif dalam mengurangi polusi yang timbul dari penggunaan teknologi. Salah satu kegiatan yang sangat popular dari greenlife style adalah kegiatan 3R reuse, reduse recycle atau penggunaan kembali barang barang yang sudah tidak terpakai. Sebutan ini memang sangat simpel ketika didengar. Akan tetapi kenyataannya kegiatan recycling ini sulit untuk berhasil tanpa adanya dukungan dari segenap masyarakat.
3R bukan sekedar bagaimana cara kita menggunakan kembali barang yang sudah tidak terpakai tetapi juga bagaimana cara kita meminimalisir bahan yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut, mengurangi penggunaan barang tersebut serta mengurangi sampah yang ditimbulkan setelah barang tersebut tidak digunakan kembali. Selama ini banyak kita temukan semboyan “ 3R, Reuse, reduce, recycle” akan tetapi fakta yang berkembang di lapangan sungguh sangat memprihatinkan. Diantaranya adalah keengganan masyarakat untuk menggunakan barang hasil recycle yang secara kualitas memang berbeda dengan barang yang bukan hasil recycle.
Inisiatif dalam pengolahan bahan recycle memang menjadi aspek yang sangat penting demi kesuksesan program ini. Menurut pandangan saya, masyarakat tidak akan tertarik pada suatu barang recycle meskipun barang tersebut memiliki harga yang lebih murah jika barang tersebut tidak memiliki kelebihan dibandingkan barang sebelum recycle.
Penambahan kreasi meski nantinya menelan biaya lebih dari pengolahan barang baru tidak akan menjadi masalah ketika nantinya barang tersebut dapat memiliki mutu yang jauh lebih baik maskipun penggunaannya telah berbeda fungsi.
Sebagai contoh sebuah mug yang telah tidak terpakai, dengan beberapa sentuhan dari tangan yang handal justru mampu menjadikan mug tersebut sebagai hiasan yang dapat memberikan daya jual lebih tinggi dari barang asli sebelum recycle.
Campur tangan pemerintah dalam kesuksesan program ini juga menjadi suatu bagian yang sangat penting, dengan pembatasan produksi atau peningkatan pajak pada beberapa produk asing yang menjamur di masyarakat bisa dijadikan suatu upaya untuk memberikan subsidi silang bagi industry kecil local yang mendaur ulang bahan-bahan yang ada sehingga industry daur ulang dapat berkembang jauh lebih baik.[]