More

    Bumiku Terasapi Egoisme Massa

    Reza Aditya SP

    Sepeda motor tersebut terlihat lebih gagah nan perkasa ketika disandingkan dengan sepeda berjenis bebek yang ada di sebelah kirinya. Pemiliknya asyik memberikan obat pengilap cat agar bodi motor tersebut tampak  kinclong. Terlihat angka 03.19 pada bagian bawah plat nomor yang menandakan baru saja keluar dari dealer.

    Sambil menunggu obat pengilapnya mengering, sang pemilik kemudian menghidupkan motor lain yang ada di teras rumah tersebut. Bentuknya lebih retro dari yang lainnya. Meskipun buatan dari Italia, mesinnya masih tampak bertenaga saat dihidupkan.

    - Advertisement -

    Sejurus kemudian ia memanggil  kedua anaknya , “Ayo cepat berangkat, motornya udah ayah panasin, ntar keburu telat loh, ini udah jam 7 kurang 15 menit”.  Kemudian terdengar sahutan dari kedua anaknya. Dengan langkah terburu-buru, mereka segera menaiki motor yang sudah disiapkan sang ayah. Setelah berpamitan, motor pun meninggalkan rumah dengan laju yang kencang.

    Suasana dalam sepenggal cerita di atas rasanya sudah jamak terjadi di Indonesia. Tidak hanya di ibukota dan kota-kota besar, di desa sekalipun banyak keluarga yang memiliki lebih dari 1 kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan fasilitas yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Tidak heran jumlahnya sangat banyak dan memenuhi jalan-jalan yang ada. Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), selama 2012, pertambahan terbanyak adalah mobil pribadi dan sepeda motor, masing-masing 12 persen. Sepeda motor baru yang dibeli konsumen  mencapai 8.551.047 unit. Sedangkan mobil pribadi baru yang dicatat kepolisian mencapai 984.314 unit.

    Namun jika dibandingkan dengan pertambahan lebar dan panjang jalan raya, hal ini terlihat sangat njomplang.  Acuan pertambahan tersebut dapat dilihat dari contoh jumlah pertambahan pada kota Surabaya yakni hanya 0,01 persen saja.

    Padahal yang dibutuhkan adalah jalan sepanjang 1250 km dengan yang tersedia saat ini hanya 1160 km. Alhasil, kemacetan di jalan  menjadi-jadi dan tak menutup kemungkinan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kendaraan semakin tinggi saat terjebak macet.  Mesin kendaraan tetap hidup, membuat asap kendaraan terus mengepul keluar dan naik menuju lapisan ozon. Padahal sebagaimana diketahui, pembakaran tak sempurna pada kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor timbulnya efek rumah kaca yang menyebabkan fenomena global warming di dunia.

    Jumlah kendaraan yang sangat banyak memang menjadi masalah tersendiri saat berbicara mengenai global warming. Masyarakat menganggap dengan memiliki kendaraan lebih dari 1 akan semakin mempertegas status sosial mereka di lingkungannya. Padahal jika ditelisik,  bahaya besar sedang mengintai mereka di balik sikap konsumtif tersebut.

    Di lain pihak, pemerintah berupaya untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor dengan menyediakan berbagai jenis angkutan umum. Kemudahan akses menuju daerah-daerah padat menunjukan keseriusan pemerintah. Tapi hal itu tidak akan berpengaruh signifikan apabila masyarakat tidak menyadarinya. Masyarakat perlu mengubah kebiasaan mengendarai kendaraan pribadi dan sedikit demi sedikit beralih menggunakan kendaraan umum.

    Banyak manfaat yang bisa diambil saat menggunakan kendaraan umum. Selain dapat mengurangi emisi gas karbon, masyarakat akan terbiasa disiplin dan menghargai waktu karena angkutan umum bukanlah milik sendiri yang bisa digunakan seenaknya namun milik bersama. Kemacetan dapat terurai dan udara semakin sehat karena berkurangnya jumlah kendaraan. Semoga perubahan gaya hidup ini mampu membuat bumi menjadi lebih baik tak hanya hari ini namun bertahun-tahun kemudian.[]

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. bang,itu komunitas anggotanya darimana saja?
      bisa nggak dijelasin secara detail gimana komunitas itu,misalnya persaudaraanyya gimana…atau apalah gitu?
      tolong dijawab min^^

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here