Sesuatu yang buruk dan sia-sia memang harus dibuang. Terutama sifat buruk atau sifat tidak baik yang dimiliki oleh manusia.
Hal ini menjadi perhatian warga Kampung Cikareumbi RW.03, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Mereka mengungkapkannya dengan Rempug Tarung Adu Tomat alias Perang Tomat.
Tentunya Perang Tomat di Desa Cikareumbi berbeda dengan perang tomat di Spanyol. Perang Tomat di desa Cikareumbi, warga yang berperang menggunakan helm dan tameng bak gladiator atau tentara Yunani Kuno.
Hanya saja helm dan tameng yang mereka gunakan terbuat dari bambu. Sementara pakaian yang dikenakan adalah baju pangsi atau pakaian laki-laki sunda berwarna hitam.
Sebelum berperang, belasan pemuda desa yang bergaya bak kesatria itu disambut oleh gadis-gadis desa. Kemudian mereka menari dengan peralatan lengkap dan membawa sejumlah tomat. Saat menari para pemuda yang berjumlah belasan tersebut terbagi menjadi dua kubu.
Hingga akhirnya perang pun dimulai. Namun ternyata perang ini tidak hanya diikuti oleh belasan pemuda. Warga yanga ada disekitar, baik ibu-ibu maupun orang tua ikut berperang.
Sontak, jalan kampung pun berubah menjadi lautan tomat. Tomat terbang dari berbagai sisi. Saling balas satu sama lain. Jalan pun basah oleh tomat. Bahkan sejumlah warga terlihat benar-benar basah karena tomat.
Satu jam kemudian, perang pun berakhir. Keranjang-keranjang yang berisi sekitar dua ton tomat pun habis.
Masnanu Muda, penggagas acara yang juga dosen STSI mengatakan, perang tomat busuk ini merupakan ungkapan membuang segala hal yang buruk dan sifat yang tidak baik dalam diri manusia. Karenanya tomat yang digunakan dalam perang ini adalah tomat yang busuk.
“Melempar tomat busuk diartikan sebagai membuang hal-hal busuk dalam diri kita. Ini seperti melempar jumroh ketika orang naik haji,” kata Masnanu.
Ia menuturkan, perang tomat ini telah digelar sejak tiga tahun lalu. Gagasan ini muncul karena jatuhnya harga tomat yang membuat petani rugi.
“Dari pada tomat busuk begitu saja, lebih baik dibuat kesenian,” katanya.
Perang Tomat ini merupakan rangkaian acara Ngaruat Bumi yang menjadi acara tahunan warga setiap 14 Muharam. Perang Tomat dilakukan usai helaran ngarak tumpeng atau arak-arakan tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil pertanian melimpah.[]