Iman Herdiana, seorang jurnalis muda kota Bandung berhasil menerbitkan sebuah novel berjudul “Yang Pergi Yang di Tepi”. Novel dengan bendera Majelis Sastra Bandung (MSB) Publishing ini berkisah tentang 3 anak muda yang kecewa.
Novel “Yang Pergi Yang di Tepi” merupakan novel pertama Iman Herdiana. Novel berukuran sekitar 17×12 centimeter setebal 256 halaman ini berkisah kehidupan sehari-hari umat manusia yang diwakili para tokohnya.
Novel ini menuturkan tiga tokoh utama: Wisnu seorang asisten dosen atau calon dosen muda di sebuah kampus besar di Bandung; Iris seorang mahasiswi cantik yang rapuh, dan Johan pengacara muda berbakat.
Ketiga tokoh itu bertemu dalam sebuah perkara di pengadilan. Perkara yang tak masuk akal, dimana akhir perkara itu kemudian menuntut mereka melakukan keputusan atau pilihan, meski sulit.
Wisnu memilih menepi di penjara, Iris menepi di Sungai Cikapundung, dan Johan harus memilih tepian sungai yang lain setelah dikecewakan cintanya yang kandas.
“Naskah awal novel ini sebenarnya berasal dari masa kuliah. Namun lama tertunda, yang kemudian dilanjutkan pada masa kerja di sejumlah media,” kata Iman yang sehari-hari berprofesi wartawan di Bandung.
Iman Herdiana pernah bekerja di sejumlah media massa, diantaranya : Radar Bandung, Okezone, Koran Jakarta, Gatra, Merdeka.com, dan sebagai penulis lepas di KabarKampus.com. Selain itu Iman juga merupakan anggota Aliansi Jurnalis Independen Kota Bandung, yang aktif menginisiasi diskusi-diskusi bertema jurnalisme.
Latar belakang yang kuat ini memengaruhi isi novel Iman. Sehingga kisah dari 3 tokoh “Yang Pergi Yang di Tepi” banyak diilhami dari peristiwa yang dialami penulis selama bekerja sebagai jurnalis.
Selama 2 tahun belakangan (2015-2016), lulusan Jurnalistik Fikom Unisba ini melakukan perombakan naskah “Yang Pergi Yang di Tepi”. Usai liputan dan deadline, Iman yang jarang bicara ini lebih banyak memelototi naskah.
“Tadinya nggak akan dicetak, nggak pede. Hanya seseorang teman bilang, kalo sudah memulai bikin naskah ya harus diterbitkan, karena naskah punya hak untuk terbit. Jadi maksain cetak indie, karunya (kasihan) naskahnya,” kata Iman ketika dihubungi KabarKampus. []