Teringat agenda komunitas Jelajah Gunung Bandung beberapa waktu lalu “Nyusur Gunung Padalarang”. Kegiatan ini dimulai pada jam 9 pagi dan berakhir pada waktu selepas Magrib. Perjalanan dimulai dengan terlebih dahulu mengunjungi Gunung Bakung, kemudian dilanjut ke Gunung Puter, Gunung Pasir Lampegan, Gunung Pancalikan, Gunung Halimun dan diakhiri dengan mengunjungi Gunung/Tebing Hawu.
Gunung-gunung Kapur yang terbentang dari Padalarang hingga Rajamandala merupakan jejak peradaban yang memiliki kemungkinan puluhan atau ratusan tahun ke depan hanya tinggal menyisakan cerita. Mengingat, di kawasan yang berdebu itu banyak aktifitas tambang yang tentunya beroireintasi komersil. Meski hal ini bertolak belakang dengan peraturan perundang-undangan, namun, tuntutan ekonomi, menjadi pembenaran atas aktifitas tambang yang terjadi.
Di luar sekelumit persoalan terkait Tambang vs Aturan, sebenarnya Gunung Kapur yang terbentuk selama Jutaan tahun ini, bisa menjadi salah satu area terpadu yang diperuntukkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Mulai dari sisi Sejarah, Budaya, Ilmu Batuan, Lanskap (Pariwisata), dan ilmu lainnya yang menyangkut kebumian.
Yang menarik untuk didiskusikan di Gunung Padalarang ini, Bukan hanya tentang jejak laut yang kini berupa Gunung-gunung kapur saja, ada hal lain yang perlu diketahui dan juga menjadi sumber pengetahuan bagi kita semua, yaitu, di antara bentangan gunung-gunung kapur itu, terdapat beberapa gunung yang memiliki karakter yang berbeda, seperti Gunung Halimun yang berada di sebelah barat Gunung Pancalikan.