More

    Tentang Inovasi Puitik

    Foto: Ahmad Yulden Erwin (kanan) di Kantor KabarKampus.com (09/18)

    1/

    Dulu sekali, mungkin tahun 2011 atau 2010, di Facebook saya yang lama, saya men-share satu puisi karya Afrizal Malna yang terbit di Koran Kompas. Puisi itu oleh Afrizal Malna ditujukan kepada GM. Di kolom komentar saya menyatakan bahwa puisi Afrizal Malna itu luar biasa “keren”.

    Tak diduga seorang sahabat saya tiba-tiba bertanya di kolom komentar: “Apa kerennya?” Tiba-tiba saya sadar bahwa saya telah menarik satu kesimpulan “keren” tanpa alasan sama sekali. Saya lalu menjawab sekenanya: “Ya, keren saja.” Kemudian sahabat saya itu bertanya kembali dengan lebih mendalam: “Kenapa puisi itu kau bilang keren?” Dan kali ini saya benar-benar tak bisa menjawab karena saya tak punya alasan logisnya.

    - Advertisement -

    Lantas, dengan malu hati saya bertanya: “Apa yang membuat satu puisi jadi keren?” Sahabat saya itu cuma menjawab singkat: “Studilah puisi-puisi dan teori-teori sastra dunia.” Selesai. Namun, itu adalah awal yang baru bagi saya dalam dunia sastra. Itu adalah awal saya benar-benar mencari mengapa satu puisi disebut keren, disebut indah dan inovatif.

    Sekarang saya tahu bahwa pendapat saya tentang puisi-puisi Afrizal Malna dulu memang ngawur, pendapat orang yang tak tahu perihal sebenarnya tentang puisi. Jika saya ditanya tentang puisi-puisi Afrizal Malna, sekarang saya cuma akan menjawab: “Puisi-puisi Afrizal Malna itu ngawur.” Dan, bila diminta, saya bersedia untuk memberikan alasan-alasan logisnya.

    2/

    Yang paling penting bagi para penulis dan pembaca sastra di Indonesia saat ini adalah belajar memahami dengan benar perihal yang dimaksud dengan “inovasi”. Inovasi di dalam sains atau seni, hakikatnya sama saja. Inovasi harus mampu melahirkan “tawaran baru” dengan landasan konsep yang kokoh dan dapat menggantikan konsep sebelumnya. Teori relativitas Eisntein, misalnya, mampu menggantikan teori fisika Newton untuk menjelaskan fenomena alam fisik, bahkan mampu menjelaskan fenomena yang tak bisa dijelaskan oleh teori fisika Newton. Jadi, Einstein bukan “memberontak” dengan hanya menafikan teori fisika Newton tentang asumsi adanya ruang dan waktu yang absolut, melainkan juga menciptakan teori baru di dalam fisika modern yang bisa diuji kebenarannya, yaitu: Einstein mengeluarkan teori bahwa ruang-waktu adalah relatif terhadap posisi pengamat.

    Begitu juga halnya dalam konteks seni. Ezra Pound, “otak” dari puisi imajisme di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, menolak konvensi estetika puisi klasik dan romantik—yang menekankan pada “metrum natural” untuk membedakan sintaksis puisi dengan sintaksis prosa. Meski begitu, ia tak hanya sekadar melakukan penolakan terhadap konvensi estetika puisi yang ada, melainkan menawarkan satu teori sintaksis puitik yang baru, yaitu teori “metrum berkaki bebas”—satu teori sintaksis puitik yang lebih “prosais” ketimbang sebelumnya. Jadi, penemuan baru itu, inovasi itu, tak hanya menafikan penemuan lama dengan cara semena-mena, tetapi juga menawarkan alternatif teori atau estetika baru di dalam puisi modern dunia.

    Berbeda misalnya dengan apa yang terjadi pada Afrizal Malna, ketika ia gagal menawarkan jalan estetika baru, maka ia hanya menafikan konvensi estetika lama dengan membuat inversinya, hanya itu, tanpa menawarkan konsepsi estetikanya sendiri. Jadi, jika konvensi estetika puisi sebelumnya dianggap oleh Afrizal Malna sebagai terikat pada tata bahasa, maka ia merasa cukup membuat puisi yang melabrak tata bahasa, lalu ia dan para pengikutnya menganggap hal itu sebagai semacam inovasi puitik. Jika konvensi estetika puisi sebelumnya dianggap oleh Afrizal Malna terikat pada prinsip kohesi dan koherensi, maka ia merasa cukup membuat puisi yang menolak prinsip kohesi dan koherensi, lalu dianggap atau menganggapnya sebagai semacam inovasi puitik. Inovasi model Afrizalian itu jelas bukan inovasi, tetapi hanya inversi, sesuatu yang gampang dilakukan. Dan hasilnya hanya merusak tanpa mampu menciptakan tawaran baru terhadap konvensi estetika yang ia tolak sebelumnya.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here