More

    Gila Ya Fakultas Ekonomi di Indonesia Memihak Kapitalis

    Frino Bariarcianur

    ILUSTRASI FOTO : VIVANEWS

    SURABAYA, KabarKampus—Teori ekonomi yang diajarkan di kampus saat ini lebih banyak tentang persaingan pasar dan ekonomi global. Teori ini akhirnya melahirkan sarjana-sarjana yang kapitalis.

    Padahal menurut Guru Besar FE Universitas Indonesia, Prof.dr. Sri Edi Swasono,”kapitalis hanya membangun kemakmuran pengusaha besar dan menjadikan masyarakat sekitar sebagai penonton.”

    - Advertisement -

    Anehnya koperasi yang membangun kerja sama atau gotong royong untuk kemakmuran rakyat, baik pengusaha besar, kecil, maupun rakyat, oleh seluruh universitas di Indonesia dihapus dari kurikulum kampus. Kamput tidak lagi mengenal koperasi sebagai sistem ekonomi Indonesia.

    Ia mencontohkan sistem kapitalis yang gagal membangun Papua. Menurut Prof. Edi Swasono keberadaan Freeport justru menjadikan Papua sebagai provinsi termiskin di Indonesia dengan jumlah 37,8 persen masyarakat miskin, padahal kemiskinan nasional secara rata-rata hanya 13 persen.

    “Kita kagum pada investor asing karena kita bermental `terjajah` yang minder, sehingga kepala daerah justru merampok, mengobral, atau menggadaikan negara kepada investor asing, padahal koperasi akan membangun kemakmuran bersama untuk meningkatkan daya saing bangsa kita di dunia,” kata Prof. Edi Swasono saat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Dekopin Jatim, Dinas Koperasi dan UKM, serta 23 PTN/PTS se-Jatim di Surabaya beberapa waktu lalu.

    Oleh karena itu, ekonomi kapitalis yang juga mengajarkan teori pertumbuhan harus disikapi secara kritis, karena pertumbuhan yang mengatur tidak boleh ada diskriminasi antara pengusaha besar dan kecil justru tidak adil, sebab pengusaha kecil tidak akan pernah mampu bersaing sampai kapan pun.

    Ia pun menilai universitas memang sudah mengajarkan kewirausahaan, tapi kewirausahaan itu justru melahirkan kapitalis, karena mereka akan mementingkan persaingan.

    Solusinya seperti dilansir ANTARANEWS.COM, menurut  Mantan Ketua Umum Dekopin Pusat ini universitas harus mengajarkan teori ekonomi secara koperasi dan bukan sekadar teori ekonomi yang kapitalis. Dan dalam waktu dekat bersama para dosen FE di Surabaya untuk merumuskan pengajar koperasi dan kurikulum koperasi di dalam universitas lagi.”

    Kaka mahasiswa punya tanggapan, kenapa kampus meninggalkan koperasi? []

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    1. salah satu pendekatan yang diperkenalkan dalam penyusunan kurikulum adalah market driven approach. Pendekatan ini menghendaki kurikulum dirancang sepalikatif mungkin. Inilah diantara penyebab materi koperasi tidak lagi jadi menjadi matakuliah……padahal koperasi adalah model lembaga ekonomi yang dikenalkan oleh pendiri bangsa. Merujuk tulisan Renald Kasali di salah satu media cetak, menyebutkan bahwa di berbagai negara kapitalis, bahkan di USA, banyak koperasi yang berkibar dan berskala internasional. dari 100 koperasi teresar yang dirilis, tidak ada satu pun koperasi Indonesia yang termasuk daftar tersebut. Banyak faktor penyebab, malahan koperasi mulai hanya dijadikan penyambung aktivtas bagi para pensiunan yang tidak dikelola lagi secara profesional…Disamping itu, juga ada berita baiknya, dengan berkembangnya ekonomi syariah, banyak koperasi jasa keuangan yang menggunakan prnsip syariah atau KJKS yang berkibar walau skala regional dan nasional. Diantaranya adalah BMT TAMZIS di WOnosobo, dsb…

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here