Ahmad Fauzan
JAKARTA, KabarKampus – Pemuda memiliki peran penting dalam sejarah politik Indonesia, namun saat ini Indonesia masih kekurangan sosok pemuda dalam kegiatan politik, sehingga kontrol atas kegiatan pemerintah hampir tidak ada. Menyadari pentingnya emansipasi pemuda, Parlemen Muda Indonesia mengumpulkan perwakilan dari setiap propinsi di Indonesia dalam rangka mendapatkan solusi untuk memecahkan permasalahan bangsa.
“Kami ingin menjadikan wadah advokasi terhadap isu-isu anak muda, dimana anak muda dari berbagai daerah bisa sharing apa yang terjadi di daerahnya, kemudian mencari solusi dan menyampaikan aspirasi mereka mengenai kebijakan yang terkait dengan anak muda,” kata ketua acara, M. Iman usman pada pembukaan acara Parlemen Muda Indonesia di Auditorium RRI, Jakarta, Minggu, (29/01).
Menurut Iman, masalah tersebut adalah apa yang menjadi konsen mereka di daerah, seperti persoalan pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup, dan solusinya nanti ditawarkan kepada pemerintah sehingga dapat menjadi instrumen kebijakan.
Pada kegiatan ini para delegasi daerah akan diberi kapasitas berupa training dan pelatihan, serta membuat program sosial dan advokasi di daerahnya masing-masing sehingga ada dampak nyata kepada masyarakat setelah mereka kembali ke daerahnya masing masing.
“Pemerintah tidak selamanya mendengarkan anak muda, mungkin mereka tidak menyadari dan tidak tahu cara menangkap aspirasi anak muda, namun kami tidak bisa bergerak sendiri untuk perubahan yang lebih besar, kami butuh pemerintah karena mereka yang memegang kebijkan, dan Parlemen Muda ini menjadi fasilitas dan wadah untuk menyampaikan aspirasi tersebut,” ujar Iman.
Miftah, delegasi dari Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkapkan yang menjadi konsetrasinya dalam sidang parlemen nanti adalah soal pendidkan di NTB, menurutnya pemerintah kurang serius terhadap pendidikan di NTB, pendidikan di NTB tidak merata antara di kota dan di desa. Ia menginginkan pemerintah lebih meningkatkan kualitas pendidikan di desa.
“Karena jarak antara desa dan sekolah sangat jauh, masyarakat salah satu desa di NTB membuat sekolah sendiri dengan bangunan dan tenaga pengajar seadanya, saya ingin pemerintah memperhatikan persoalan ini,” ungkap Miftah.
Kegiatan yang diselenggarakan Indonesian Future Leaders ini di ikuti oleh 30 mahasiswa dari 23 propinsi di Indonesia, mereka akan melakukan kegiatan selama seminggu, yaitu mendapatkan pelatihan berbagai bidang seperti, managemen proyek, analisis masalah, penggalangan, dan berbicara di depan umum. Mereka juga akan melakukan agenda sidang selama tiga hari di gedung Sampoerna Strategic Square, Jakarta, serta melakukan audiensi dengan Dewan Perwakilan daerah, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian Kesehatan.[]