More

    Mahasiswa Unair Buat Baterai dari Biji Nyamplung

    Ahmad Fauzan Sazli

    Ilustrasi / tootoo.com

    SURABAYA, KabarKampus – Baterai sekali pakai berbahaya bagi lingkungan. Setelah habis pakai lalu buang, padahal di dalamnya terdapat senyawa berbahaya yang tidak gampang terurai, seperti katnium, timbal, dan sebagainya. Selain itu baterai kering bila asal buang dan terkena panas dapat meledak.

    Untuk menekan limbah baterai tersebut tiga mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM-Unair), yakni M. Ridwan Arifin (2008), Atina Husnayatin (2011) dan Muthmainnah Windawati (2001) membuat baterai ramah lingkungan. Baterai itu terbuat dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L)

    - Advertisement -

    Menurut Ridwan Arifin, berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa biji nyamplung sudah dipakai sebagai bahan baku untuk bensin. Mereka kemudian mengkaji ulang senyawa asam yang cocok untuk menjadi pengganti pasta karbon baterai. Ternyata kandungan asam kalofilat dan asam takawahol pada biji nyamplung berpotensi untuk menggantikannya.

    Setelah melakukan pengujian, didapatkan bahwa kuat arus baterai nyamplung hampir mendekati baterai komersial. Baterai nyamplung voltasenya 1,45 volt, hanya terpaut 0,05 volt dari baterai ABC. Selain itu, kuat arus baterai nyamplung  juga terpaut sedikit dengan baterai biasa yaitu 0,055 A dengan 0,06 A.

    Cara membuat baterai nyamplung yakni dengan menjemur biji nyamplung dibawah sinar matahari. Proses ini bisa memakan waktu tiga hari, tapi bisa lebih cepat dengan menggunakan oven. Kemudian biji nyamplung ditumbuk dengan sampai halus.

    Ridwan mengungkapkan, bahwa baterai nyamplung yang diberi nama ”Brain” ini memiliki banyak keunggulan. Seperti harganya jauh lebih murah, harga satu baterai hanya 30 rupiah. Kemudian, baterai tersebut bisa diisi ulang, sehingga kalau habis tidak langsung dibuang.

    “Baterai ini akan menjadi solusi bagi daerah terpencil yang sulit untuk mengakases listrik. Untuk isi ulangnya, kita hanya butuh serbuk baru lalu dimasukkan ke baterai dan ditutup kembali,” kata Ridwan.

    Ridwan menjelaskan penelitian mereka masih akan berlanjut ke tahap berikutnya yaitu membuat baterai ini tahan lama. Karena pada penelitian awal ketahanan baterai yang mereka ujikan pada jam beker hanya 17 hari. Mereka akan mencari tambahan bahan untuk dicampurkan pada serbuk biji nyamplung agar lebih tahan lama. “Selama ini kami masih murni tanpa tambahan bahan apapun,” katanya.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here