Adima
BANDUNG, KabarKampus-Belasan aktivis yang tergabung dalam Jaringan Anti Korupsi Bandung Raya menggelar aksi damai pada hari tenang jelang pemilihan gubernur Jawa Barat. Mereka mengajak masyarakat untuk tidak memilih calon gubernur yang membagi-bagikan uang atau barang sebagai tawaran mencoblos calon tertentu.
Koordinator aksi, Yuri Setiadi mengatakan, fenomena membagi-bagikan uang itu kerap terjadi beberapa hari hingga beberapa sebelum waktu pencoblosan. “Modusnya beragam,” kata Yuri di Taman Cikapayang, Dago, Bandung, Kamis (21/02/2013).
Fenomena itu terlihat dalam penelitian Indonesian Corruption Watch tahun 2012 lalu. Mereka meneliti beberapa pemilihan kepala daerah di Indonesia. Penelitian itu memperlihatkan indikasi praktek jual beli suara marak terjadi satu hari hingga menjelang pemungutan suara.
Pasangan calon biasanya menyebarkan uang dan barang-barang kebutuhan pokok (sembako). Masyarakat mengenalnya dengan istilah ‘serangan fajar’.
Ada juga tim sukses yang mendatangi rumah calon pemilih, menghitung pemilih dan memberi uang atau sembako sebanyak total pemilih dalam rumah tersebut. Jumlah uang dan sembako yang diberikan oleh tim sukses pasangan calon berbeda-beda.
“Cara-cara seperti itu yang harus kita waspadai karena merusak nilai-nilai demokrasi yang coba dibangun di Indonesia,” kata Yuri.
Menurut dia, praktek money politic ini merupakan indikasi awal terjadinya korupsi. Ujung-ujungnya praktek ini dapat menyengsarakan masyarakat.
Dalam aksinya, para aktivis ini membagi-bagikan selebaran dan stiker bertuliskan ‘Nu Nyogok Tong Dicolok tapi Kudu Dicabok’ yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘Yang Menyogok Jangan Dicolok tapi Harus Ditampar’. []