More

    Sosiolog UNJ : 15 Tahun Reformasi Untuk Siapa Adalah Pertanyaan Keliru

    Ahmad Fauzan Sazli

    20 05 2013 SosiologJAKARTA, KabarKampus – Setelah 15 tahun reformasi, banyak orang bertanya-tanya, reformasi itu untuk siapa. Bagi Robertus Robert, dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta, pertanyaan tersebut keliru, karena reformasi itu bukan untuk siapa-siapa dan bukan pemberian siapa-siapa.

    Menurut Robert, pertanyaan itu menunjukkan suasana murung dan pesimistis yang merupakan sikap ahistoris. Padahal pertanyaan tersebut dibuat dalam konteks kebebasan dan reformasi.

    - Advertisement -

    Oleh karena itu, Robert mengungkapkan, bahwa di era reformasi, orang lebih banyak memprotes kebebasan itu daripada memperjuangkan sesuatu dalam kebebasan. “Tidak heran bila seiring dengan kebebasan itu gugatan terhadap reformasi muncul,” kata Robert dalam diskusi “Masa Depan Politik Anak Muda Indonesia” di kantor Kontras Jakarta, Senin, (20/05/2013).

    Kemudian di era reformasi juga muncul lawan-lawan yang dahulu dihadapi di era orde baru. Mereka muncul dalam matrik kehidupan demokrasi yang dihadapi.

    Menurut Robert eksistensi mereka itu tidak  bisa disalahkan kapada mereka, karena struktur baru pasca orde baru menghasilkan sesuatu semacam itu.  Yang patut disalahkan adalah ketika bergulirnya refomasi tidak mampu memembersihkan mereka. Dan ketika mereka muncul saat ini, itu adalah konsekuansi dari kontradiksi kepolitikan yang muncul pada era sebelumnya.

    “Karena itu dalam demokrasi, siapa yang aktif dia yang menguasai kepolitikan. Ketika kepolitikan dikuasai begundal, jangan salahkan begundalnya,” jelas Robert.

    Robert menjelaskan, masyarakat harus menerima bahwa politik tidak bisa berhenti dan tidak ada hari libur. Ketika ada ruang kosong, maka ruang itu akan rebut. “Untuk itu dalam demokrasi keterlibatan dalam politik adalah mutlak.”

    Dan untuk format keterlibatan dalam politik, orang bebas memilih. Bisa di organisasi sosial, politik, kelompok intelektual, dan sebagainya.

    Namun Robert menganggap, demokrasi saat ini masih cacat moral, karena dibangun tanpa pelurusan yang serius tehadap kejahatan kemanusaan masa lalu. “Kita menerima demorkasi tanpa mengevaluasi kesalahan fundamental di masa sebelumnya.”[] 

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here