More

    Mahasiswa UNY Manfaatkan Limbah Biji Menjadi Kalung Unik

    Ahmad Fauzan Sazli

    kalung dari limbah biji

    Produk kalung karya mahasiswa PGSD UNY

    - Advertisement -

    Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan sentra produksi buah salak. Di daerah tersebut banyak wirausahawan membuka usaha dari produk olahan buah salak. Begitupun di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Di sana terdapat 120 penjual jamu yang memanfaatkan bahan-bahan alam lokal, salah satunya yaitu asam jawa.

    Diperkirakan limbah produksi berupa biji buah dari buah salak ataupun asam jawa cukup melimpah. Sejumlah mahasiswa dari jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memanfaatkan limbah biji-bijian tersebut menjadi barang yang bernilai jual tinggi.

    Mahasiswa, yakni Ridwan Budiyanto, Tri Hardiyanti, dan Muhamad Ridwan membuat biji-bijian tersebut menjadi aneka kerajinan berupa statement necklace atau kalung unik yang dengan nama Sentace. Nama Sentace ini pun telah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM melalui Kanwil DIY.

    Menurut Ridwan Budiyanto, potensi biji-biji tumbuhan seperti biji rotan, saga, asam jawa, salak, dan sebagainya masih mempunyai nilai jual yang rendah di pasaran. Namun limbah organik tersebut tidak termanfaatkan secara optimal.

    “Padahal nilai artistik dan natural dari rangkaian biji-bijian tumbuhan mampu memberikan nilai seni yang klasik dengan tekstur asli biji-bijian tumbuhan yang memiliki perpaduan warna yang unik,” jelas Ridwan.

    Muhamad Ridwan menjelaskan bahwa proses produksi Sentace dimulai dari persiapan bahan dan alat, kemudian biji-biji tumbuhan diberi lubang dan diawetkan dengan menurunkan kadar air dan pelapisan dengan cat, vernis, ataupun melamin.

    “Proses pengawetan tersebut berprinsip pada green-product, yang mana dalam pengawetan biji-biji tumbuhan tersebut tanpa menghasilkan limbah baru berupa bahan-bahan kimia sisa hasil pengawetan,” kata Muhamad Ridwan.

    Proses pengawetan biji salak dengan secara alami yaitu melalui proses perendaman dengan minyak cendana selama 2 jam dan dilanjutkan dengan proses pemanasan untuk menurunkan kadar air biji-bijian tumbuhan. Kemudian dilanjutkan dengan finishing biji-bijian yang berupa pengukiran dan pembuatan lubang rangkaian serta pengembangan desain berupa perangkaian biji-biji tumbuhan dengan desain yang unik sesuai segmen dan tren di pasar.

    Tri Hardiyanti menambahkan, keunggulan dan keunikan yang dimiliki produk Sentace adalah desain yang menarik, bercorak khas, dan bernuansa etnik.

    “Sentace merupakan produk inovatif yang ramah lingkungan dengan bahan baku berupa biji-bijian tumbuhan yang sangat murah dan mudah diperoleh, sehingga harga yang ditawarkan cukup terjangkau,” kata Tri.

    Potensi pasar kerajinan statement necklace masih cukup luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Harga statement necklace di pasar juga cukup menjanjikan yaitu berkisar Rp 50.000,00 hingga Rp 250.000,00. Selain itu, Yogyakarta sebagai salah satu kota pariwisata di Indonesia sangat mendukung berkembangnya industri kerajinan tersebut.

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here