More

    Alat Pengintai Longsor, Hantarkan Dosen UGM Jadi Dosen Berprestasi Nasional

    Ahmad Fauzan Sazli

    Dosen Beprestasi

    Teuku Faisal S.T., M.T., Ph.D., Dosen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM

    - Advertisement -

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Teuku Faisal, dosen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada tak menyangka menyandang sebagai dosen berprestasi tingkat nasional 2013. Pasalnya dia harus bersaing dengan ribuan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

    Sebuah alat yang dikembangkannya sejak 2003 lalu, yakni alat pengintai longsor telah menghantarkannya dalam ajang dalam pemilihan tenaga pendidik berprestasi 2013 yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiknas tersebut. Alat ini dinamainya ‘GAMA-EWS’.

    GAMA EWS mendeteksi jarak keretakan tanah untuk menentukan potensi terjadi longsor. Apabila dalam kondisi bahaya, alat akan mengirimkan sinyal sehingga sirine berbunyi sebagai bentuk peringatan dini. Ketika sirine berbunyi, masyarakat harus waspada dan melakukan evakuasi. Suara sirine terdengar hingga radius 500 meter.

    Pembuatan alat pengintai longsor ini menggunakan 95 persen komponen lokal. Harganya berkisar 5 juta hingga 20-an juta rupiah. Harga jenis alat deteksi longsor ini bervariasi, menyesuaikan dengan tingkat kecanggihannya.

    Sejak tahun 2007, alat ini telah dipasang lebih dari 100 unit di 12 provinisi di Indonsia. Gama EWS ini mampu menyelamatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor setelah  memberi peringatan sebelum terjadinya bencana.

    Karya inovasi teknologi buatan dosen kelahiran Aceh 38 tahun lalu ini mendapat pengakuan dari dalam dan luar negeri setelah berhasil memberi peringatan pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor, sekitar 4 jam sebelum bencana longsor merusak beberapa rumah di Kabupaten Banjarnegara pada bulan November 2007.

    Diceritakan Faisal, alat yang awalnya bernama ektensometer ini berhasil menyelamatkan 30 penghuni  rumah saat terjadi bencana longsor di Banjarnegara pada November 2007. Alat tersebut sengaja dipasang untuk memantau regangan tanah maksimal 5 cm sehingga ketika hujan lebat datang dan retakan tanah melebar sejauh 5 cm, sirine pun berbunyi. Warga penghuni rumah sontak menyelamatkan diri sebelum longsor terjadi. Berikutnya, alat ikut tertimbun oleh longsor.

    “Masyarakat berhasil menemukannya kembali. Kita minta direlakan saja, nanti diganti yang baru. Tetapi mereka masih ingin menyimpannya, menganggap alat ini telah menyelamatkan nyawa mereka,” tuturnya.

    Tahun 2012 yang lalu, sistem pemantauan dan peringatan dini longsor ini telah diaplikasikan di kawasan tambang di United Mercury Group (UMG) Myanmar, dan pada tahun 2013 ini akan diaplikasikan di 8 lokasi Pertamina Geothermal dan 2 bendungan yang terletak di Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi.

    Berbagai institusi dari negara lain juga memberikan apresiasi atas keberhasilan sistem peringatan dini longsor ini. Pada tahun 2009, karya unggulan ini telah ditetapkan sebagai salah satu penelitian strategis oleh Internasional Program on Landslides (IPL-UNESCO), sebagai model Best Practice in Education for Sustainable Development with respect to Disaster Risk Reduction Program (No. Approval: IPL-158). Pada upacara pembukaan 2nd World Landslide Forum di FAO Roma tanggal 3 Oktober 2011, terpilih untuk menerima IPL Award for Success dari International Programme on Landslide (IPL-UNESCO). Selanjutnya dalam upacara pembukaan 10th International Symposium on Mitigation of Geo-Disasters di Kyoto-Matsue, tanggal 8 Oktober 2012,  menerima Excellent Research Award dan Award of Appreciation karena dinilai telah banyak berkontribusi dalam kegiatan mitigasi bencana alam di Kawasan Asia.

    Selamat buat Pak Faisal.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here