More

    Menggali Wayang di Hari Sumpah Pemuda

    Ahmad Fauzan Sazli

    28 10 2013 Diskusi Prasetiya Mulya

    Diskusi Kebangsaan “Wayang Lintas Masa” dalam rangkaian Peringatan Sumpah Pemuda bertema “Klik Idemoe, Woejoedkan Moedamoe” di Kampus Prasetiya Mulya Business School, BSD, Tangerang, Senin, (28/10/2013).

    - Advertisement -

    JAKARTA, KabarKampus – Drs. Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum Dewan Pengurus Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi), mengatakan banyak generasi muda yang sudah lupa akan wayang. Padahal wayang itu adalah tontonan, tatanan, dan,  tuntunan.

    “Banyak pemimpin-pemimpin kita dahulu juga yang sangat suka dengan wayang dan bisa mengajarkan nilai-nilai luhur kepada rakyatnya,” jelas  Suparmin Diskusi Kebangsaan “Wayang Lintas Masa” dalam rangkaian Peringatan Sumpah Pemuda bertema “Klik Idemoe, Woejoedkan Moedamoe” di Kampus Prasetiya Mulya Business School, BSD, Tangerang, Senin, (28/10/2013).

    Ia menjelaskan, jangan sampai Indonesia sampai pecah oleh gencarnya kebudayaan asing. Indonesia yang saat ini lekat dengan label korupsi, kolusi,dan nepotisme sudah sangat jauh dari nilai-nilai kebaikan yang ada di dalam wayang.

    “Dengan belajar dari wayang kita bisa dapat kembali merenungi jatidiri kita yang dipenuhi kehalusan, kebijaksanaan, penuh kreasi dalam menciptakan seni yang adiluhung, dan  memiliki etika dasar seperti kejujuran, menghargai waktu, dan patuh hukum,” jelasnya.

    Namun, Suparmin, cukup prihatin melihat nasib wayang di negerinya sendiri. Padahal di tingkat dunia, Indonesia adalah The Super Power of Wayang . Wayang Indonesia sudah mendapatkan pengakuan dari Unesco sebagai warisan budaya.

    Menurut Suparmin, di Indonesia sendiri wayang mengalami kendala dalam sumber daya manusia penonton. Selain jumlahnya semakin berkurang, penonton juga kurang mengerti esensi dari wayang itu sendiri. Sebaliknya sumber daya manusia penyelenggara sudah terbilang lumayan bagus.

    Sementara itu Prof. Djisman Simandjuntak, Ketua Yayasan Prasetiya Mulya mendukung gagasan untuk menggali sejarah dan filosofi wayang. Menurut Djisman seorang pemuda wajib mempertanyakan ada apa di belakang sesuatu.

    Djisman mengharapkan pemuda Indonesia saat ini bisa menjadi penerus dari komunitas epistemik. Menurutnya, harapan bangsa itu ada di pemudanya. Hal itu karena  mereka punya modal yang lebih baik dari generasi tua.

    “Dengan keunggulan generasi muda saat ini yang memiliki akses jaringan ke berbagai penjuru dunia lewat teknologi digital, seharusnya bangsa Indonesia bisa berkembang  lebih cepat daripada generasi tua,” ujar pakar ekonomi regional ini.

    Selain menggelar diskusi kebangsaan yang menghadirkan pembicara dari Senawangi dan Mawan Sugiyanto dari e-Wayang, peringatan Sumpah Pemuda di Prasetiya Mulya juga menghadirkan workshop wayang, kompetisi orasi dan musik, deklarasi kebangsaan serta kompetisi booth wayang.  []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here