More

    Sarjana Harus Banyak Menulis dan Membaca

    Ahmad Fauzan Sazli

    06 10 2013 Taufiq Ismail

    Taufiq Ismail. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI

    - Advertisement -

    JAKARTA, KabarKampus – Taufiq Ismail, Penyair Indonesia mengatakan prihatin dengan minat membaca generasi muda  yang masih sangat rendah. Ia melihat bahwa pengajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah tidak menimbulkan kecintaan terhadap buku dan tulis menulis.

    Sebagai Key Note Speaker dalam acara wisuda Universitas Nasional, Taufiq Ismail menitipkan dua hal kepada sebanyak 722 Wisudawan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu, (06/10/2013). “Wisudawan harus tetap menulis dan membaca meskipun telah menyelesaikan masa studinya,” katanya.

    Dalam kesempatan itu Taufiq mengajak untuk menanamkan budaya membaca dan menulis sejak dini. Namun menurut Taufiq, menulis  tidak hanya memindahkan alfabet ke kertas, namun memindahkan pikiran dalam bahasa tulisan. Baginya kalau hanya memindahkan alfabet menjadi tulisan sudah seperti bermain layang-layang.

    Selain itu Taufiq mengungkapkan, bahwa dalam sepuluh tahun terakhir terjadi kekacauan dan anomali dalam sejarah Indonesia. Penyebab semua itu adalah terkikisnya rasa malu dalam diri kita.

    Untuk itu, Taufik menegaskan, Institusi Pendidikan harus mengajarkan budaya malu sejak dini kepada generasi muda. Sehingga, katanya, degradasi mentalitas bangsa tidak terus terpuruk

    Dalam mengutarakan hatinya, dalam kesempatan itu Taufiq pun membacakan puisinya berjudul “Ajari Aku Rasa Malu”

    “Ada seorang ibu yang ingin menyekolahkan anaknya hanya untuk diajari rasa malu.

    Dia datang ke sekolah A, berkata kepada gurunya: “Bapak, tolong ajari anak saya ‘rasa malu’.” Pak Guru menjawab: “aduuuuh ibu, di sekolah ini tidak diajari rasa malu, karena kalau sedang UN para murid saling menyontek dan para guru pura-pura tidak tahu”. “Ooooh begitu yaa…” respon sang ibu.

    Kemudian ia datang ke sekolah B, berkata kepada Kepala Sekolah: “Pa Kepsek, tolong ajari anak saya ‘rasa malu’.” Kepsek menjawab: “Weleuh weleeuhhh,, Bu, ibu belum tau ya, di sekolah ini sudah lama tidak diajari rasa malu, sebelum UN para guru membagikan lembar jawaban kepada murid”. “Kenapa begitu Pak? Sesal sang ibu, “ya karena para pemimpin negaranya juga mencontohkan seperti itu, korupsi dan suap menyuap juga udah ga malu-malu”.

    Sang ibu dengan gigih tetap mencari sekolah, akhrinya ketemu sekolah C. “Pak guru, tolong ajari anak saya ‘rasa malu’: sSng guru bijak itu menjawab: “Ibu, sebetulnya saya merasa malu kalau ada orang tua murid yang minta diajari ‘rasa malu'”. “Lho ko kenapa pak” heran sang ibu. “Karena di sekolah ini kalau para murid punya ‘rasa malu’ nanti para gurunya tidak punya pendapatan lagi dari orang tua murid, karena di sekolah ini Nilai bisa dijual beli, bisa dibandrol dengan harga murah sampe yang mahal”.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here