More

    Menjaga Tradisi Tari Topeng Indramayu

    Mega Dwi Anggraeni

    Penampilan Sanggar Tari Mimi Rasinah di Festival Gulungan, Bandung. Foto. Mega Dwi Anggaeni.
    Penampilan Sanggar Tari Mimi Rasinah di Festival Gulungan, Bandung, Sabtu, 24/05/2014). Foto. Mega Dwi Anggaeni.

    BANDUNG, KabarKampus – Menjaga sebuah tradisi bukan hal yang mudah. Tetapi memperkenalkannya kepada anak, cucu, dan cicit adalah salah satu cara jitu untuk melestarikannya. Seperti yang dilakukan almarhum Mimi Rasinah, maestro Tari Topeng Indramayu

    Setelah Mimi Rasinah meninggal pada tahun 2010 lalu. Tongkat estafet Tari Topeng Indramayu tersebut dipegang oleh anak tungalnya, Wacih yang kini berusia 50 tahun.

    - Advertisement -

    Wacih, menceritakan, tepat sebelum mengembuskan napas terakhir, Mimi Rasinah memberinya amanat. Ia diminta untuk menularkan tradisi Tari Topeng Indramayu kepada anak hingga cucunya.

    “Waktu itu Mimi bilang, jaga tradisi ini jangan sampai punah. Ajari anak-anak dan cucu supaya bisa meneruskan tradisi ini,” ucapnya kepada Kabar Kampus saat ditemui usai tampil di Festival Gunungan 2014, di Kota Baru Parahyangan, Padalarang.

    Meskipun begitu, menurut Wacih, sebenarnya keluarga Rasinah sudah terbiasa dengan latihan tari dan main gamelan. Dahulu setiap malam Jumat, almarhum Rasinah kerap mengumpulkan topeng-topengnya untuk berlatih. Saat itu, dia mengajak cucu-cucunya untuk ikut berlatih bersamanya.

    “Niatnya menularkan tradisi lewat keluarga dulu. Jika sudah begitu, memperkenalkan tradisi tari topeng ke orang luar akan lebih mudah,” jelas Wacih.

    Apalagi, tambah Wacih, keluarganya sering mengisi acara-acara pernikahan. Dari sanalah orang-orang mengenal tari topeng dan tertarik untuk belajar serta mendalami tradisi Tari Topeng Cirebon turun temurun.

    Menurut Wacih, sampai saat ini sanggar Tari Mimi Rasinah sudah memiliki lebih dari seribu siswa. Mereka tidak hanya datang dari daerah sekitar saja, tetapi juga dari luar daerah. Bahkan dari luar negeri.

    “Sekarang sudah banyak yang datang ke sanggar untuk belajar. Terutama hari Minggu, biasanya bukan hanya keluarga yang berlatih, tetapi juga orang-orang dari luar daerah. Bahkan beberapa waktu lalu seorang Amerika datang dan belajar tari topeng selama satu bulan di sanggar,” ujar Wacih.

    Dalam beberapa kesempatan, Wacih memboyong seluruh keluarganya untuk tampil. Tarian hingga permainan gamelan dilakoni oleh lima anaknya serta delapan cucunya. Seperti penampilannya di Festival Gunungan, Sabtu (24/5/2014) kemarin.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here