Untuk pertama kalinya di Melbourne, PPIA Victoria akan mengadakan pementasan teater Indonesia dengan tajuk Soe Hok Gie: Lensa kecil seorang pejuang. Pementasan yang akan diadakan di Athenaeum theatre ini adalah bagian dari perayaan hari kemerdekaan yang diadakan tak hanya oleh PPIA Victoria saja namun juga oleh PPIA Swinburne University dan PPIA Deakin University.
Pada tanggal 16 agustus mendatang, kerjasama antara tiga organisasi PPIA ini akan menghasilkan sebuah serangkaian acara yang diberi nama Panggung Merdeka dan Pandawa (pandangan merdeka dalam tawa). Rangkaian acara ini sendiri akan dibuka dengan panggung merdeka yang akan dipentaskan oleh pelajar pelajar Indonesia di Melbourne dan akan ditutup dengan acara stand up comedy yang dibintangi oleh Panji Pragiwaksono.
Menurut Project Manager panggung merdeka, Eugene Ezra, keputusan untuk membuat pementasan teater pada tahun ini didasarkan oleh rasa ingin “membuat sesuatu yang berbeda.”
Pementasan ini sendiri memakan waktu tiga bulan persiapan dan akan melibatkan kurang lebih 67 pelajar dalam pementasannya. Acara yang akan diadakan ini akan membawakan penggalan penggalan kecil dari kisah hidup Soe Hok Gie seperti karier menulis dan kisah perlawanan yang dia lakukan.
Dipilihnya cerita dari Soe Hok Gie juga tidaklah sembarangan. Menurut Ezra, Soe Hok Gie adalah representasi dari pelajar Indonesia yang ada di Victoria. Ia berpendapat bahwa Gie sangatlah mirip dengan pelajar Indonesia di Melbourne.
“Gie dan pelajar di Victoria ini sama sama menjadi simbol idealisme kemerdekaan.”
Ezra berharap bahwa dengan pementasan ini, pemuda Indonesia di Melbourne akan teringat akan peran mereka untuk masa depan Indonesia.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kita punya suara untuk kemerdekaan,” tambah Ezra.
Soe Hok Gie sendiri adalah seorang aktivis mahasiswa dari Universitas Indonesia yang aktif pada era 1960-an. Sosoknya dikenal dari berbagai buku tulisannya yang bercerita tentang perjuangannya menentang Soekarno dan PKI melalui berbagai tulisannya yang di muat di berbagai koran di Indonesia pada masa itu.
Kisah hidup Soe Hok Gie sendiri pernah diabadikan oleh sutradara Riri Riza pada film yang diberi judul GIE pada tahun 2005. Kisah perlawanan hingga wafatnya di gunung Semeru sendiri sudah tertulis di banyak buku seperti Catatan Seorang Demonstran dan Di Bawah Lantera Merah.[]