Hartanto Ardi Saputra
YOGYAKARTA, KabarKampus- Anggota Pusat Layanan Difabel (PLD), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Supriadi, menilai jumlah peserta difabel Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Yogyakarta terhitung sedikit. Salah satu penyebab ialah kurangnya fasilitas alat bantu untuk peserta difabel.
“Pendamping ujian saja belum cukup. Seharusnya pihak penyelenggara menyediakan alat bantu seperti komputer yang memiliki perangkat lunak untuk penyandang difabel,” ujar Supriadi mahasiswa difabel netra, jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Supardi memberi gambaran saat penyandang tuna netra mendengarkan soal yang dibacakan pendamping ujian, peserta mengalami kesulitan. “Lebih mudah jika kita memahami soal secara pribadi. Soal yang berupa gambar itu sulit dibayangkan bagi penyandang difabel netra.”
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Ainun Na’im mengatakan, peserta difabel yang mengikuti SBMPTN wilayah Yogyakarta sejumlah 11 orang. Sedangkan peserta difabel seluruh Indonesia sebanyak 247.
“Panitia lokal telah menyediakan pendamping bagi peserta berkebutuhan khusus,” ujar Ainun dalam konfrensi pers di Universitas Gajah Mada (UGM), Selasa, 9 Juni 2015. Peserta difabel wicara mengikuti ujian di Universitas Pembangunan Negeri (UPN). Sedangkan untuk peserta difabel rungu di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).[]