SAM MUSTOFA
SURABAYA, KabarKampus – Setahun lalu, tepatnya pada tanggal 18 Juni 2014, Dolly sebuah lokasi prostitusi terbesar di Asia Tenggara dinyatakan tutup. Penutupannya dinyatakan dalam sebuah pembacaan janji bersama di depan masyarakat dan pejabat kota Surabaya dan ratusan ribu pasang mata di media massa.
Pasca ditutup, suasana perekonomian Dolly berubah. Persoalan baru muncul. Dari yang berpenghasilan 200 Ribu hingga 400 ribu perhari berubah menjadi hanya puluhan ribu, bahkan tidak berpenghasilan sama sekali.
Berbagai upaya untuk membuat masyarakat Dolly kembali berpenghasilan, datang dari berbagai kalangan, baik Pemerintah Kota maupun dari masyarakat. Termasuk sekelompok anak muda yang menamakan dirinya Yayasan Gerakan Melukis Harapan (GMH).
Yayasan ini mencoba merehabilitasi eks lokalisasi Dolly secara independent. Mereka melakukan sosialisasi hingga pelatihan untuk mewujudkan sebuah cita rasa melalui usaha kuliner. Hingga tercetuslah sebuah produk kuliner yang diberinama Kerupuk Samijali dan Kerupuk Samiler Jarak Dolly.
Pembuatan kerupuk ini berawal dari modal 400 ribu yang didapat dari hasil pameran bersama Gerakan Melukis Harapan di Sarjo Jawa Pos. Modal inilah yang kemudian digunakan sebagai pengembangan dan pembentukan kerupuk Samijali.
Ibu Dwi, salah satu warga eks Dolly yang tergabung dalam Kelompok Samijali mengatakan, Samijali terbentuk pada bulan april 2015. “Usianya masih bau kencur.”
Ia menuturkan, Kerupuk Samijali pada awalnya hanya menghasilkan 50 ribu perbulan. Namun kelompok yang terdiri dari enam anggota ini mulai bisa memetik hasil beberapa bulan kemudian.
“Kini kami mendapati omset mencapai 9 juta rupiah pada bulan Oktober 2015,” kata Ibu Dwi.
Bahkan menurutnya, Samijali pernah menolak orderan karena tidak mencukupi kapasitas produksi. Selain itu produk Samijali juga sudah sampai ke Belanda.
Rencananya, Samijali akan diekspor ke Korea Selatan. “Mudah-mudahan samijali akan semakin terus berkembang agar ekonomi warga kembali membaik, begitu juga dengan Ukm-Ukm yang ada di kecamatan sawahan yang dibentuk dan dikembangkan oleh warga Dolly sendiri,” katanya.[]