More

    Saatnya Menerapkan Gaya Hidup Zero Waste di Tahun 2016

    ilustrasi_pengolahan sampah plastikApakah kamu pernah mendengar atau masih ingat tragedi longsor Leuwi Gajah pada tahun 2005 silam di Cimahi, Jawa Barat? Dalam tragedi tersebut sebanyak 150 jiwa manusia terkubur hidup-hidup karena longsor sampah yang terjadi di sana.

    Hal itu terjadi karena pengelolaan sampah yang kurang baik dan tidak berwawasan lingkungan. Apakah sepenuhnya salah pemerintah? Tidak, karena pengolahan sampah yang kurang baik itu dimulai dari masing-masing individu.

    Peristiwa longsor yang terjadi di TPA Leuwi Gajah bisa terjadi dimana saja. Namun yang pasti TPA akan selalu memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

    - Advertisement -

    Anilawati Nurwahidin, Ketua Tim Kampanye dari Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) kota Bandung menuturkan, ada tiga isu yang penting yang jarang diketahui banyak orang mengenai sampah. Pertama adalah penyakit yang ditimbulkan dari sampah.

    Selama ini, kata Anil banyak orang yang merasakan berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat sampah seperti pernafasan, kulit, sakit perut. Namun sebenarnya sebenarnya ada penyakit berjangka panjang dan susah disembuhkan, yaitu kanker, kerusakan hati, ginjal dan penyakit lainnya.

    “Kok bisa? Itu karena ada beberapa jenis sampah yang kalau terpapar atau dikubur malah keluar racun. Seperti baterai dan pipa TPC,” kata Anil.

    Kemudian masalah kedua yang ditimbulkan akibat sampah adalah, jumlah sampah yang sangat banyak. Dengan jumlah penduduk yang semakin banyak, maka jumlah orang pun semakin meningkat.

    “Contoh sampah di Bandung aja, kalau dijumlahin selama satu tahun bisa mencapai 55 kali Candi Borobudur. Belum kota lain. Jumlahnya banyak, jadi menghabiskan banyak lahan,” ungkapnya.

    Selanjutnya yang ketiga adalah biaya yang besar. Menurut Anil, pengangkutan sampah ke suatu tempat membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk kota Bandung, bisa mencapai Rp. 100 Juta Perhari.

    “Selama ini masyarakat kota taunya kotanya bersih saja. Padahal dari sampah-sampah yang masyarakat buang menimbulkan masalah bagi orang lain. Dan persoalan menjadi terasa bila masyarakat di sekitar TPA tidak mau menerima sampah dari kota-kota di sekitarnya,” ungkap Anil.

    Kemudian menurut Anil untuk mengurangi persoalan sampah tersebut, masyarakat bisa melakukan langkah sederhana. Pertama  adalah membuang sampah pada tempatnya. Namun sayangnya hingga saat ini langkah yang paling dasar ini saja belum banyak dilakukan oleh masyarakat.

    “Buktinya untuk kota Bandung saja sampah masih banyak yang berserakan,” terang Anil.

    Kemudian, bila sekedar membuang sampah pada tempatnya sudah dilakukan yang bisa dilakukan adalah recycle atau mendaur ulang. Seperti mendaur ulang bekas plastik deterjen menjadi tas dan sebagainya.

    Namun tidak semuanya bisa didaur ulang, maka gunakanlah produk yang bisa dipakai berulang kali. Pokoknya semangatnya menggunakan produk yang bisa dipakai berulang kali. Seperti menggunakan tumbler dalam kehidupan sehari-hari.

    Sebenarnya ada beberapa produk yang tidak bisa dipakai ulang atau didaur ulang seperti streopom, baterai, popok bayi, dan plastik (seperti plastik deterjen). Sampah-sampah inilah yang biasanya menumpuk di tempat pembuangan sampah karena tidak bisa didaur ulang.

    Selanjutnya langkah yang paling terakhir adalah mengurangi semua sampah yang bermasalah. Kalau di tingkat individu ini sudah dilakukan, maka 70 persen sampah bisa terkurangi.

    Nah, menjelang awal tahun 2016 ini, nampaknya gaya hidup Zero Waste ini bisa menjadi resolusi kamu.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here