More

    Pendidikan Sejarah Itu Mengajarkan Kearifan, Bukan Menghafal Tanggal

    Taufik Abdullah. Foto : Ahmad Fauzan Sazli
    Taufik Abdullah. Foto : Ahmad Fauzan Sazli

    JAKARTA, KabarKampus -Seorang guru sejarah mengaku dibuat bingung dengan banyaknya perspektif soal sejarah saat ini. Contohnya, sejarah kekerasan yang terjadi pada tahun 1965. Setiap buku itu memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.

    Para murid pula kian kritis terhadap persoalan sejarah yang diajarkan di sekolah.

    Menanggapi kegelisahan guru tersebut, Taufik Abdullah, sejarawan dan juga ketua Komisi Bidang Ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengilustrasikan metode belajar saat berada di bangku SMP.

    - Advertisement -

    “Kalau ada yang bertanya soal Eropa atau Yunani kuno maka yang paling diingat adalah Socrates yang meninggal karena dituduh merusak anak muda. Dan dia bersedia minum racun.”

    Taufik Abdullah dengan lancar memaparkan garis besar sejarah para pemikir Yunani Kuno.

    “Pendidikan sejarah itu memberikan kearifan. Kearifan tentang apa arti dunia ini. Bukan menghafal tanggalnya,” kata Taufik Abdullah dalam diskusi Historiografi Dalam Denyut Sejarah Bangsa di Galeri Salihara, Selasa (26/01/2016).

    “Saya hanya hanya hafal tiga tanggal saja. Petama 28 Oktober 1928, kedua 17 Agustus 1945, ketiga 10 November 1945. Kenapa saya ambil 28 Oktober 1928, karena secara simbolik itu dianggap sebagai lahirnya bangsa. Tanggal 17 Agustus 1945 secara simbolik kita merdeka. Dan pada tanggal 10 November 1945 mengesahkan kedua tanggal tersebut,” ungkap sejarawan yang pernah belajar di jurusan sejarah UGM tahun 1961 ini.

    Menurut Taufik Abdullah, saat ini ada kecenderungan sejarah itu dianggap sebagai peristiwa bukan pemahaman tentang peristiwa. “Itulah yang menjadi masalah.”

    Sementara perbedaan perspektif atau sudut pandang mengenai sejarah Taufik tidak lepas dari perdebatan. Perbedaan perspektif itu menambah kearifan kita memahami sejarah.

    “Karena itu saya sangat kritis terhadap orang yang mengatakan pelurusan sejarah,” kata ilmuan yang pernah menulis disertasi berjudul “Scholl and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra” saat mengambil Doctor di Cornell University ini.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here