More

    Bulan “Suci” Asia-Afrika, Menjaga Agar KAA Tetap Jadi Warisan Dunia

    Encep Sukontra

    Pengunjung menyaksikan kilas balik perjuangan Mandela "Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan" di Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA)- Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Minggu (20/04/2014). Peringatan KAA ke-59 dimulai sejak 17-24 April 2014. FOTO : FRINO BARIARCIANUR
    Pengunjung menyaksikan kilas balik perjuangan Mandela “Perjalanan Panjang Menuju Kebebasan” di Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA)- Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Minggu (20/04/2014). Peringatan KAA ke-59 dimulai sejak 17-24 April 2014. FOTO : FRINO BARIARCIANUR

    BANDUNG, KabarKampus-Peringatan Konferensi Asia Afrika disarankan masuk ke dalam agenda rutin tahunan Pemerintah Kota Bandung maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

    Selama ini, pihak Museum KAA sebagai lembaga di bawah Kementerian Luar Negeri RI merasa menjadi the lone ranger, sendirian memeringati KAA tiap tahunnya.

    - Advertisement -

    “Jadi ke depan harapannya ada agenda tiap dinas terkait HUT KAA, jadi Museum KAA tidak jadi the lone ranger, berjuang sendirian,” kata Thomas A. Siregar, Kepala Museum KAA (MKAA) dalam jumpa pers di Museum KAA, Jumat (15/04/2016).

    Ia pun mengimbau baik kepada Pemkot Bandung maupun Pemprov Jabar untuk memasukkan KAA sebagai event tahunan mereka. Sebab jika hanya mengandalkan Museum KAA, kemampuannya terbatas.

    “Tentu akan lebih power full kalau badan atau pemerintah dan swasta ikut terjun tiap tahunnya memeringati KAA.”

    Ia mengaku punya mimpi, suatu waktu peringatakan KAA bukan hanya dihadiri tamu-tamu negara melainkan diisi dengan pameran skala mancanegara. Para duta besar yang datang tidak hanya menonton atau upacara saja, tetapi membawa pengusaha untuk pameran atau berdagang di Bandung.

    “Ini tantangan kita di sini, agar event tak sekedar simbolik saja, meriah selama seminggu setelah itu selesai tak berbekas, tanpa tahu dampaknya kepada masyarakat.”

    KAA memiliki potensi positif pada kehidupan masyarakat khususnya yang ada di Bandung. Terlebih lewat peringatakan KAA yang ke-60 tahun lalu Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNESCO sudah menetapkan dokumentasi dan arsip KAA 1955 sebagai Warisan Ingatan Dunia atau Memories of The World.

    Penetapan tersebut tidak sederhana. Indonesia, terutama Bandung sebagai tuan rumah KAA hingga dijuluki Ibu Kota Asia Afrika, harus mampu merawat dan mempertahankan Warisan Ingatan Dunia itu.

    Salah satu cara merawatnya dengan menggelar rangkaian event tiap tahunnya. Tujuannya tidak lain untuk mewariskan semangat KAA yang tertuang dalam Dasa Sila Bandung yang intinya tentang toleransi, kesetaraan dan kerja sama.

    Tanpa upaya perwarisan tersebut, kata Thomas, besar kemungkinan UNESCO akan mencabut penetapan KAA sebagai Warisan Ingatan Dunia.

    “Peringatan KAA sebagai upaya mempertahankan Warisan Ingatan Dunia yang suatu saat bisa dicabut UNESCO sama halnya dengan batik atau warisan dunia lainnya, kalau kita tak menggali dan mengembangkannya,” kata Thomas A. Siregar kepada KabarKampus.

    Maka rangkaian peringatan KAA tahun ini sudah dimulai sejak pra-event KAA lewat pameran foto karya fotografer Prancis, Christophe Loviny dengan tema Aung San Suu Kyi: A Portrait in Worlds and Pictures, awal April.

    Sedangkan rangkaian peringatakan KAA dibuka historical walk para tamu negara dari Hotel Savoy Homann ke lokasi upacara pengibaran 109 bendera Asia Afrika plus satu bendera PBB di Jalan Sukarno (bekas Jalan Cikapundung Timur) Minggu 17 April 2016. Historical walk mengacu pada perjalanan kaki para delegasi KAA 1955.

    Rangkaian peringatan KAA yang tahun ini bertajuk Fostering The Asian African Youth Solidarity atau Memajukan Solidaritas Pemuda Asia Afrika itu berlangsung penutupan awal Mei 2016.

    Acara yang mengisi peringatan 61 KAA antara lain Parade Budaya Asia Afrika, diskusi Bandung Spirit for Palestine, hingga konser musik orchestra dari Bandung Philharmonic Orchestra. Acara inti semuanya berlangsung di bulan April. “Di kita ada istilah bulan April adalah bulan “sucin”-ya KAA,” ujar Thomas. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here