BANDUNG, KabarKampus – Setelah menggeruduk kampus Istitut Seni dan Budaya Indonesia, Front Pembela Islam (FPI) kembali mengobok-obok kegiatan akademik institusi Perguruan Tinggi. Kali ini mereka mencoba menghalangi seminar yang akan digelar di Fisip Unpad, Jatinangor.
Seminar tersebut berjudul “Marxisme Sebagai Ilmu Pengetahuan. Pembicara yang mengisi seminar yaitu Firman Ekoputra (Rumah Kiri) dan M. Rolip Saptamaji S.IP M.IPOL serta moderator Carolina Paskarina S.IP. M.SI,. (Dosen Ilmu Politik Unpad). Rencananya diskusi ini akan digelar pada hari Kamis, 19 Mei 2016 di Gedung Seminar A Fisip Unpad, Jatinangor.
Namun, karena pihak universitas tidak ingin terjadi konfrontasi dengan FPI, akhirnya seminar ditunda. Saat ini belum diketahui kapan acara seminar akan kembali digelar.
“Acara dibatalkan dulu, cuma kita tidak tahu waktunya kapan. Karena ada dari luar yang heboh duluan,” kata Widya Setiabudi, Dekan Fisip Unpad, saat dihubungi KabarKampus, Rabu malam, (18/05/2016).
Ia menuturkan, penundaan ini masalah strategi saja. Karena mungkin pihak universitas melihat situasi saat ini sedang tidak asik.
“Kalau saya pribadi digruduk begitu tambah asik, jadi tekenal. Cuma saya ngga mau memperburuk suasana. Kami dari Fisip Unpad tidak melarang, kami mensupport inisiasi dari mahasiswa ini,” kata Widya.
Ia menjelaskan, sebagai lembaga pendidikan, setiap pemikiran bebas diwacanakan. Tidak hanya masalah komunisme, diskusi apapun untuk tujuan akademik silahkan.
“Bila pemikiran itu keliru nanti juga akan kelihatan. Kalau faham komunisme itu jelek orang akan tahu kejelekannya,” ungkap Widya.
Sementara itu Navajo Bima, Ketua KEMA BEM Unpad menjelaskan, Navajo Bima, pada awalnya kelompok yang mengatasnamakan FPI ini mendatangi Pos Satpam, kemudian ngobrol ke pihak Kemahasiswaan. Selanjutnya dari sana pihak Unpad bertemu lagi dengan kelompok FPI di Polsek dan dilanjutkan di Kecamatan.
“Kebetulan ketua FPI Jawa Barat itu tinggalnya di Jatinangor. Lalu informasi ini menyebar, kelompok FPI pun ngumpul di Jatinangor. Dari hasil pertemuan, FPI mengklarifikasi soal seminar. Kemudian pihak universitas menjadwalkan ulang, mencari waktu lain,” ungkap Navajo.
Navajo yang juga mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unpad ini menyayangkan dengan intimidasi FPI ini. Karena baginya membahas apapun dalam kawasan akademik adalah hal yang lumrah.
“Seharusnya di era pasca reformasi, kebebasan berekspresi terutama di kawasan akademik tidak dilarang. Karena memang, kawasan akademik memang tempat diskusi, kalau dilarang, di mana lagi mahasiswa akan berdiskusi,” kata Navajo Bima.[]